Raden Rangga Nitipraja dan Nyi Raden Aris
Raden Rangga demikian nama kecilnya.Beliau adalah putra dari Raden Arungan (Raden Khaerudin/Khaerunan/Arupan) yang merupakan keturunan dari Keraton Kasepuhan.Nama Raden Rangga yang tercatat di silsilah atau staat turunan Keraton Kasepuhan adalah Raden Nitipraja.Tak banyak data atau kisah masa kecil hingga masa dewasanya yang berhasil dikumpulkan.
Raden Rangga Nitipraja adalah seorang pejabat di daerah Sindang Laut Cirebon.Beliau hidup pada masa penjajahan Belanda sekitar awal tahun 1800 an.Beliau tak lain adalah keponakan sekaligus menantu dari Mbah Raden Ardisela yang menikahi putrinya yang bernama Nyi Raden Aris.
Dikisahkan secara turun-temurun jika Nyi Raden Aris adalah seorang wanita yang cantik jelita,hingga tak sedikit pria yang jatuh cinta padanya.Namun pada akhirnya cinta Nyi Raden Aris ini berlabuh pada Raden Rangga hingga keduanya menikah dan hidup bersama di Desa Tuk Karangsuwung hingga tua,sampai akhirnya ajal memisahkan mereka.
Selama hidupnya Raden Rangga hanya menikah satu kali,yaitu dengan Nyi Raden Aris saja.Dari pernikahannya ini Raden Rangga dan Nyi Rasen Aris dikaruniai tiga orang putra dan dua orang putri.Mereka adalah Raden Raksa,Raden Pali,Nyi Raden Ayu,Raden Sulaiman dan Nyi Raden Kuning.
Sebagian dari keturunan Raden Rangga dan Nyi Raden Aris ini selanjutnya ada yang menikah dengan kalangan keturunan pesantren,keturunan Keraton Kasepuhan,Keraton Kanoman atau juga keturunan masyarakat banyak pada umumnya.Raden Rangga dan Nyi Raden Aris tidak pernah mensyaratkan keturunannya untuk menikah dengan kalangan tertentu saja,tetapi boleh menikah dengan semua kalangan.Yang penting adalah keturunannya menjadi orang yang baik dan mereka menikah dengan orang-orang baik pula.
Secara turun-temurun bagi keturunan Raden Rangga dari yang laki-laki biasanya akan menyandang gelar raden,dan nyi raden untuk perempuan.Tapi tidak semuanya mencatatkan diri di keraton dengan berbagai alasan.Keturunan Raden Rangga sekarang ini sudah menyebar ke berbagai penjuru wilayah di Indonesia.Dari keturunan laki-laki sebagian melanjutkan perjuangan Mbah Raden Ardisela dan para leluhur sebelumnya,yaitu menjadi pejabat atau pegawai, ulama atau guru agama,menjadi pengusaha,atau lainnya namun tidak melupakan pendidikan agama.Sementara untuk keturunan perempuan biasanya tergantung dengan siapa mereka menikah.Apabila menikah dengan ulama,tak jarang keturunanya juga menjadi ulama.Tapi bila menikah dengan yang bukan dari kalangan ulama,sebagian besar tidak menjadi ulama karena memang tidak dididik untuk menjadi ulama atau guru agama oleh ayahnya.