Senin, 23 April 2018

Kiai Layaman

Kiai Layaman
Kiai Layaman atau biasa disebut Kilayaman adalah putra dari Buyut Muji atau Syekh Abdul Muhyi /Syekh Muhyidin Dawuan,Tengah Tani Cirebon.Buyut muji ayah Kilayaman ini adalah seorang yang dikenal sakti mandraguna.Karena kesaktiannya ini,banyak orang yang meminta pertolongan kepadanya.Buyut Muji mempunyai lima orang anak,empat putri dan satu putra.Mereka adalah :
1. Nyai Jamaliyah
2. Kyai Layaman
3. Nyai Layyinah
4. Nyai Maemunah
5. Nyai Julaekhah Gintung
Sebagai satu-satunya putra dari Buyut Muji,Kiai Layaman mewarisi bakat dan kemampuan ayahnya sebagai orang sakti.Sebagai seorang yang sakti,Kiai Layaman dikenal juga sebagai seorang pejuang yang gigih dalam melawan penjajah.Beliau sendiri adalah salah satu dari anggota pejuang yang tergabung dalam kelompok 'Ardisela'.Ada yang mengatakan beliau dikenal dengan nama Ardisela Layaman,namun ada juga yang berpendapat lain.Selain dikenal sebagai Buyut Rancang,tak banyak orang yang mengetahui jika beliau adalah bagian dari kelompok pejuang dengan julukan Ardisela,termasuk sebagian besar keturunannya.Karena hal ini,sering sekali terjadi kesalahpahaman di antara para keturunan Kiai Layaman,keturunan Ardisela,para penggiat atau penggemar sejarah,peneliti,dan kalangan masyarakat pada umumnya.
Kiai Layaman menikah dengan seorang wanita yang bernama Nyai Ratu Solihah atau yang dikenal dengan nama Ratu Gemulung.Dari perkawinannya dengan Ratu Gemulung ini beliau dikaruniai dua orang putra,yaitu :
1. Kiai Nurhasan
2. Kiai Nursafin
Makam Kiai Layaman sendiri berada di kawasan Tengah Tani,Dawuan Plered,tak jauh dari makam Buyut Muji,namun terletak di pemakamn yang berbeda.
Selama hidupnya Kiai Layaman dikenal sebagai seorang yang sakti.Setelah kepergiannya,kesaktiannya tetap dikenal dan dikenang oleh banyak orang.Makamnya sering juga dikunjungi oleh para peziarah.Di kemudian hari,anak keturunan Kiai Layaman banyak juga yang dikenal sebagai orang yang sakti mandraguna,mewarisi jejak Buyut Muji leluhurnya.Tak sedikit dari keturunan Kiai Layaman ini yang berprofesi sebagai tabib atau juru pengobat,paranormal,pelatih silat atau ilmu kanuragan.Mereka dikenal mempunyai kemampuan dalam bidang supranatural atau ilmu kebatinan yang bisa mengobati aneka macam penyakit,baik penyakit medis maupun non medis.

Selasa, 17 April 2018

Tiga Ardisela yang Dikira Satu Orang

Tiga Ardisela yang Dikira Satu Orang

Kiai Ardisela Dawuan atau Buntet,Kiai Mas Khanafi atau Ardisela Jaha (Buyut Jaha),dan Mbah Raden Ardisela Tuk adalah tiga orang dengan nama Ardisela yang sering kali disangka atau dianggap satu orang.Hal ini tak jarang memantik perdebatan di antara orang-orang yang tidak mengetahui sosok dan kisah ketiganya.Yang sering menjadi perdebatan antara lain berkaitan dengan nama istri,silsilah dan anak-anak mereka.

Ada yang mengatakan jika Kiai Ardisela mempunyai istri bernama Nyai Alfan (Nyai R. Alifan) binti Kiai Abdul Hadi,adik dari Mbah Muqoyim pendiri Pesantren Buntet.Apabila ada orang yang berpendapat seperti itu,maka sebenarnya pendapat itu benar,karena memang demikian kenyataannya.Namun yang dimaksud di sini adalah Kiai Ardisela Dawuan atau Buntet.Dari perkawinan Kiai Ardisela Dawuan dan Nyai Alfan,keduanya dikarunia dua orang anak,yaitu Kiai Muhamad Imam dan Nyai Khafiun.Kiai Ardisela Dawuan adalah kakek buyut Kiai Anwarudin (Kiai Krian).Makamnya berada di Sleman,Sliyeg Indramayu.

Bila ada yang mengatakan jika Kiai Ardisela menikah dengan keponakan Mbah Muqoyim,maka pendapat ini juga tidak salah.Karena Kiai Ardisela memang menikah dengan keponakan Mbah Muqoyim.Yang dimaksud di sini adalah Kiai Ardisela Jaha yang di kemudian hari lebih dikenal dengan nama Buyut Jaha,di mana kedua nama tersebut adalah sebutan atau julukan untuk Kiai Mas Khanafi.Kiai Mas Khanafi ini memang diketahui menikah dengan Nyai Khafiun,putri Kiai Ardisela Dawuan dan keponakan Mbah Muqoyim.Kiai Mas Khanafi dan Nyi Khafiun mempunyai empat orang anak,yaitu Nyai Lathifah,Kiai Idris,Nyai Asfiah,dan Nyai Qona'ah.

Jika ada yang berpendapat jika Kiai Ardisela ini menikah dengan seorang wanita yang bernama Nyai Maemunah (Nyai Muntreng) yang menurut banyak orang adalah putri Buyut Muji,maka pendapat ini juga betul.Karena Kiai Ardisela memang menikah dengan wanita bernama Nyai Maemunah.Yang dimaksud Kiai Ardisela yang menikah dengan Nyai Maemunah adalah Kiai Ardisela Tuk yang tak lain adalah seorang pemangku wilayah atau demang,yang mempunyai nama lain Raden Rustam atau Raden Bratakusuma.Dari perkawinan Kiai Ardisela Tuk dan Nyai Maemunah ini,keduanya dikaruniai dua orang putri yang bernama Nyi Raden Aras dan Nyi Raden Aris.Kiai Arisela Tuk atau biasa disebut Mbah Raden Ardisela ini tidak mempunyai anak laki-laki.

Nama Ardisela yang hidup sezaman dan sama-sama berjuang dengan Mbah Muqoyim memang tak hanya satu orang,karena nama Ardisela di sini hanya sebagai nama julukan atau nama sandi yang digunakan saat berjuang atau berperang.Bahkan Mbah Muqoyim sendiri punya menantu yang tergabung ke dalam kelompok Ardisela,yaitu Kiai Gozali atau yang biasa disebut Kiai Ardisela Gozali.

Minggu, 15 April 2018

Buyut Jaha Cirebon (Kiai Mas Khanafi)

Buyut Jaha Cirebon (Kiai Mas Khanafi)

Kiai Mas Khanafi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Buyut Jaha yang makamnya berada di Desa Sampiran,Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon,adalah seorang ulama sekaligus pejuang yang begitu gigih melawan penjajah.Beliau tergabung dalam kelompok pejuang yang mempunyai nama 'Ardisela'.Oleh sebab itu,selain dikenal dengan sebutan Buyut Jaha,Kiai Mas Khanafi juga dikenal dengan nama Ardisela Jaha.

Menurut beberapa sumber,kata Jaha ini erat kaitannya dengan nama sebuah kawasan di Banten,tepatnya dekat dengan pantai  Anyer.Sekitar tahun 1700 an M,di sekitar pantai itu terdapat sebuah kampung bernama Jaha,di mana di kampung tersebut banyak dihuni oleh para pendatang yang berasal dari Arab dan Yaman.Sebagian dari mereka adalah pedagang,dan beberapa diantaranya terdapat kelompok habib yang memang berniat membantu penyebaran ajaran Islam di Jawa bagian barat,khususnya Banten.Selain di Anyer,kampung atau kawasan dengan nama Jaha juga ditemukan di Serang dan di Cikaduen Pandeglang Banten.Belum diketahui secara pasti apakah daerah-daerah itu hanya mempunyai kesamaan nama atau memang ada kaitan antara satu tempat yang bernama Jaha dengan yang lainnya.

Berkaitan dengan Kiai Mas Khanafi Jaha sendiri,tak diketahui tempat di mana beliau dilahirkan.Tak ada pula yang mencatat masa lahir dan tanggal kematiannya.Namun diketahui jika masa hidup Kiai Mas Khanafi masih satu era dengan Mbah Muqoyim dan Kiai Ardisela Dawuan Sela (Buntet).Hanya saja usianya diperkirakan jauh lebih muda,karena beliau adalah menantu dari Kiai Ardisela Buntet dan keponakan ipar Mbah Muqoyim.Sementara dengan Mbah Ardisela Tuk,usia Kiai Mas Khanafi diperkirakan tidak terlalu jauh berbeda,karena keduanya sama-sama sebagai murid dari Kiai Ardisela Buntet dan juga Mbah Muqoyim.Diketahui juga jika anak perempuan dari Kiai Mas Khanafi yang bernama Nyai Latifah dan anak perempuan dari Mbah Ardisela Tuk yang bernama Nyi Mas Aris ini di kemudian hari menjadi besan.

Kiai Mas Khanafi adalah anak dari Kiai Hasyim bin Abdullah bin Hasyim bin Musayyakh bin Ahmad bin Yahya.Seorang ulama keturunan Rasulullah SAW bermarga Yahya.Ayah dan kakeknya dimakamkan di Ketingkring Wonosobo,sementara makam buyutnya yang bernama Kiai Hasyim bin Musyayyakh dimakamkan di Kutai Kartanegara,Kalimantan.Makam keluarga yang saling berjauhan ini dikarenakan mereka semua suka berpindah tempat ketika berjuang dan berdakwah.

Seperti leluhurnya yang lain,Kiai Mas Khanafi menghabiskan banyak waktunya untuk berjuang dan berdakwah juga,dari satu daerah ke daerah lainnya.Selain kawasan Cirebon Selatan,kawasan Cirebon Timur juga menjadi tempat berdakwah baginya.Di sinilah beliau banyak menghabiskan waktu untuk berjuang dan berdakwah bersama Kiai Ardisela mertuanya,Mbah Muqoyim paman iparnya,dan Mbah Ardisela Tuk sahabatnya.

Kiai Mas Khanafi menikah dengan Nyai Khafiun,putri dari Kiai Ardisela Buntet dan Nyai Alfan.Secara tidak langsung,Kiai Mas Khanafi ini termasuk keponakan Mbah Muqoyim,yaitu keponakan ipar.Karena Nyai Alfan adalah adik dari Mbah Muqoyim (Pendiri Pesantren Buntet),Kiai Yahya,dan Kiai Ismail (Pendiri Pesantren Pesawahan,Cirebon).Mbah Muqoyim,Kiai Yahya,Kiai Ismail,dan Nyai Alfan adalah anak-anak dari Kiai Abdul Hadi.
Dari pernikahannya dengan Nyai Khafiun,Kiai Mas Khanafi dikaruniai tiga orang putri dan seorang putra,yaitu :
1. Nyai Latifah
2. Kiai Idris
3. Nyai Asfiah,dan
4. Nyai Qona'ah.

Nyai Latifah menikah dengan Kiai Takrifudin atau biasa juga disebut dengan nama Kiai Abdul Latif,pendiri Pesantren Pemijen-Asem Lemahabang Sindang Laut.Kiai Idris menikah dengan tiga wanita dan dikarunia beberapa anak,dan putra beliaulah yang akhirnya melanjutkan jejak Kiai Mas Khanafi dalam berjuang dan berdakwah.Makam Kiai Idris sendiri berada di Mekah.Konon,hal ini terjadi lantaran beliau meninggal saat melaksanakan ibadah haji.Sementara itu Nyai Asfiah menikah dengan Kiai Mustofa,dan Nyai Qona'ah menikah dengan Kiai Nurhasan.Dari keempat putra-putrinya ini,keturunan Kiai Mas Khanafi banyak menurunkan para ulama yang banyak tersebar di pesantren-pesantren,terutama di Cirebon.

Semasa hidupnya,Kiai Mas Khanafi dikenal sebagai ulama yang berilmu dan berwawasan luas.Karena keilmuannya yang mumpuni dalam bidang agama,maka pada akhirnya beliau dikenal luas oleh berbagai kalangan masyarakat.Karena hal ini pulalah yang membuat pihak Keraton Kanoman yang mengetahuinya hendak menjadikannya sebagai seorang mufti atau ulama keraton.Namun tawaran sebagai mufti dari Keraton Kanoman itu ditolak oleh Kiai Mas Khanafi dengan berbagai alasan,salah satunya adalah karena beliau ingin lebih dekat dengan masyarakat umum dan memberikan pendidikan agama bagi semua kalangan masyarakat.

Jabatan memang tidak membuat Kiai Mas Khanafi terlena dan menjadikannya tergoda.Justru sebaliknya,beliau malah menolak jabatan tersebut dan memilih sebagai ulama yang hidup di tengah-tengah masyarakat umum.Padahal menjadi mufti atau ulama keraton adalah sebuah jabatan dan pemberian kepercayaan yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya.Jabatan tersebut sangat berarti bagi sebagian orang,lebih-lebih di era di mana keraton masih begitu sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat .

Sabtu, 14 April 2018

Sejarah Para Ardisela

Sejarah Para Ardisela

Ardisela adalah sebuah nama perorangan dan juga kelompok,nama asli,nama gelar atau julukan.Ada banyak tokoh dengan nama Ardisela yang berbeda kisah dan masa hidup,silsilah,dan aneka perbedaan lainnya.Berikut adalah tokoh-tokoh dengan nama Ardisela.

1. Pangeran Alas Ardisela,makam di Desa Luwung,dekat makam Pangeran Muhammad Luhung / P Luwung,Mundu Cirebon.Ada juga yang berpendapat jika makamnya ada di pemakaman Gunung Sembung,Gunung Jati Cirebon.
2. Kiai Ardisela (Kiai Gozali),makam berdampingan dengan makam Mbah Muqoyim,Tuk Karangsuwung,Lemahabang Cirebon
3. Mbah Raden Ardisela (R Rustam / R Demang Bratakusuma),bin Raden Demang Bratanata,makamnya berada di pemakaman Blok Muara Bengkeng,Tuk Karangsuwung,Lemahabang,Cirebon.Pendapat lain mengatakan jika Raden Ardisela adalah putra Raden Bratakusuma cucu Raden Demang Bratanata.
4. Kiai Ardisela Jaha (Buyut Jaha / Kiai Mas Khanafi),Sampiran,Talun Cirebon
5. Buyut Ardhi Sela,Sleman,Sliyeg,Indramayu.Beliau dikenal juga dengan nama Kiai Ardisela Buntet/Dawuan.
6. Kiai Ardisela Layaman / Ki Layaman,makam Tengah Tani,Plered,Cirebon
7. Kiai Ardisela Singa Naga (R. Asyrofudin),pendiri Pesantren Ardisela Singa Naga / Pesantren Asyrofudin,Sumedang
8. Buyut / Ki Ageng Ardisela,Desa Cirea Mandirancan Kuningan
9. Kiai Ardisela,Prapag,Losari,Cirebon
10.Kiai Ardisela Pesawahan,Susukan Lebak,Cirebon
11.Kiai Ardisela,Pekalongan
12.Kiai Ardisela,Banyuwangi

Selain yang tercatat di atas,masih banyak tokoh-tokoh jaman dahulu yang mempunyai nama,gelar atau julukan Ardisela.