Minggu, 28 Februari 2016

Mbah Raden Ardisela (21)

Mbah Raden Ardisela,Pemimpin yang Perduli Rakyat

Tak banyak kisah lengkap yang menjelaskan tentang siapa sebenarnya Mbah Raden Ardisela.Orang-orang sekarang (termasuk yang mengaku keturunanya) lebih sibuk membahas tentang kesaktiannya,kuburannya,sisi mistis dan lain sebagainya.Hanya sedikit orang yang mau membahas kiprahnya dalam berdakwah dan juga dalam memimpin sebuah wilayah.

Mbah Raden Ardisela,Pangeran Ardisela atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Ardisela adalah seorang pemimpin sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang sekarang wilayahnya diperkirakan meliputi daerah selatan laut Jawa (Kanci) hingga wilayah Sindang Laut dan sekitarnya.Saat itu Kesultanan Cirebon sudah terpisah menjadi dua bagian yaitu Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman Cirebon.
Wilayah yang dipimpin oleh Mbah Raden Ardisela merupakan wilayah yang berada di bawah kepemimpinan Keraton Kasepuhan Cirebon.Wilayah yang dipimpin oleh Mbah Raden Ardisela adalah wilayah daerah setingkat kawedanaan (kumpulan beberapa kecamatan) yang biasa disebut kademangan.Saat itu daerah-daerah bagian dari Kesultanan memang banyak yang  dipimpin oleh keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sebagai pendiri Kesultanan Cirebon.Salah satunya adalah wilayah yang dipimpin oleh Mbah Raden Ardisela,di mana beliau adalah keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah.
Mbah Raden Ardisela saat itu memimpin wilayah yang merupakan bagian dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang  sudah mendapatkan banyak campur tangan dari Penjajah Belanda.Karena sebagai pemimpin wilayah di bawah Kesultanan Kasepuhan Cirebon,maka beliau sering berkunjung ke Keraton Kasepuhan untuk melaporkan perkembangan wilayah yang dipimpinnya.Kepemimpinan beliau berlangsung sekitar akhir abad 18 hingga awal abad 19 M.

Mbah Raden Ardisela memimpin wilayah yang dipimpinnya dengan penuh tanggung jawab.Sebagai seorang pemimpin beliau dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat perduli terhadap rakyat yang dipimpinnya.Tak jarang beliau berkunjung dari satu kampung ke kampung lainnya untuk memperhatikan keberadaan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya.Karena keperduliannya inilah maka tak aneh bila beliau sangat dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya.

Selain dikenal sebagai seorang pemimpin,Mbah Raden Ardisela juga dikenal sebagai seorang yang juga faham akan ilmu agama.Maklum saja,sebagai seorang keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah,maka sejak kecil beliau juga sudah dididik dengan aneka ilmu agama dan disiapkan sebagai kader pendakwah oleh ayah dan ibunya.Maka ketika berkeliling memperhatikan masyarakat secara langsung,beliau juga sekaligus melakukan dakwah secara langsung dan sederhana kepada orang-orang yang ditemuinya.

Beberapa tahun sebelum pendirian Pesantren Buntet kembali dibuka oleh Mbah Muqoyim,Mbah Raden Ardisela sudah memimpin wilayah yang dipercayakan kepadanya.Ketika Mbah Muqoyim hendak mendirikan pesantren di kawasan Buntet maka salah satu orang yang ditemuinya adalah Mbah Raden Ardisela,karena beliaulah yang memimpin wilayah di mana Mbah Muqoyim akan mendirikan pesantren.

Sebagai seorang pemimpin yang sangat perduli pada bidang pendidikan masyarakat banyak,maka dengan senang hati Mbah Raden Ardisela menyetujui keinginan Mbah Muqoyim untuk mendirikan pesantren di wilayah yang dipimpinnya.Tak hanya sebatas menyetujui dan merestui,bahkan Raden Ardisela tak segan pula untuk turut membantu Mbah Muqoyim dalam mendirikan pesantren Buntet.Tak jarang pula Mbah Raden Ardisela melindungi dan menyelamatkan Mbah Muqoyim dari sergapan tentara Penjajah Belanda yang hendak menagkap dan hendak memenjarakannya.

Menjadi seorang pemimpin yang adil,bijaksana,perduli dan melindungi rakyat yang dipimpinnya bukanlah hal yang mudah dan tanpa resiko,lebih-lebih pada zaman penjajahan,di mana mereka dikenal suka semena-mena dan tak adil kepada rakyat.Saat itu resiko yang dihadapi Mbah Raden Ardisela sangatlah besar dan nyawa adalah taruhannya.Tapi Mbah Raden Ardisela tetap menjalankan amanat yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggung jawab dan tak mau berkhianat.

Dengan segala kepandaian dan kecakapannya dalam memimpin,akhirnya Mbah Raden Ardisela berhasil memimpin wilayah yang dipimpinnya dengan baik dan benar hingga masa akhir  kepemimpinannya.Walau bukan pemimpin wilayah yang besar,namun menjadi pemimpin tetaplah membutuhkan pengorbanan yang besar,semua demi kebaikan  orang-orang yang dipimpinnya.

Sabtu, 27 Februari 2016

Mbah Raden Ardisela (11)

Keraton Mbah Raden Ardisela

Saat Cirebon masih sebagai sebuah kerajaan yang berdiri sendiri dengan berbagai atribut dan peraturannya,di beberapa wilayah Cirebon saat itu banyak didirikan perwakilan wilayah yang dikepalai oleh seorang pemimpin.Bila dibandingkan dengan keberadaan zaman sekarang,daerah tersebut setingkat lebih tinggi dari kecamatan (Setingkat kawedanaan) yang saat itu disebut kademangan.Daerah-daerah tersebut tak jarang dikepalai oleh para pangeran dari Kesultanan Cirebon,yang merupakan keturunan dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Demi lancarnya roda pemerintahan,maka dibangunlah kantor-kantor perwakilan yang berupa istana-istana atau keraton-keraton kecil,yang besar dan luas bangunannya jauh lebih kecil dari keraton Kesultanan Cirebon.Beberapa keraton-keraton kecil tersebut ada yang masih berdiri hingga saat ini seperti Keraton Gebang,namun tak sedikit pula yang hanya tinggal puing atau bahkan tak berbekas sama sekali.

Mbah Raden Ardisela yang saat itu sebagai demang yang  memimpin suatu wilayah Sindang Laut dan sekitarnya,tentu saja mempunyai kantor atau keraton tempatnya untuk bekerja,menerima para tamu,masyarakat yang dipimpinnya dan lain sebagainya.Namun keberadaan keraton Mbah Raden Ardisela hingga kini belum juga bisa dipastikan di mana keberadaannya.Ada yang mengatakan keratonnya berada di Desa Tuk Karangsuwung yang merupakan tempat tinggal sekaligus peristirahatan terakhirnya,ada juga yang menyebutkan jika keraton Mbah Raden Ardisela berada di luar Desa Tuk Karangsuwung.

Yang mengatakan jika keraton Mbah Raden Ardisela berada di Tuk beralasan karena saat itu Tuk yang merupakan sebuah bagian dari desa lain  sebagian besar tanahnya adalah milik Mbah Raden Ardisela,dan beliau juga hidup di desa ini hingga akhir hayatnya.Yang mengatakan bahwa keraton Mbah Raden Ardisela berada di luar Desa Tuk Karangsuwung beralasan,karena saat itu desa ini adalah adalah daerah yang sepi.

Lokasi keraton sebagai tempat dinas kademangan sendiri sebenarnya berada di Sindang Laut,tepatnya di daerah yang sekarang ini lebih dikenal sebagai Desa Peradenan.Nama Peradenan ini diambil karena di sinilah tempat yang dulu banyak dihuni oleh keluarga keraton dengan gelar radennya.Karena tempat tinggal para raden,maka wilayah ini sejak dulu dikenal dengan nama Peradenan.Di sinilah pemimpin Sindang Laut tinggal dan bekerja sebagai demang yang tentu saja jabatan ini hanya dipegang oleh pejabat keturunan keraton,termasuk Mbah Raden Ardisela.

Selain di Peradenan,di daerah Tuk Karangsuwung Suwung sendiri dulunya memang pernah berdiri sebuah rumah yang dikenal dengan sebutan keraton yang bentuknya tak sebesar Keraton Kasepuhan,Keraton Kanoman atau Keraton Kacirebonan.Rumah atau keraton Mbah Raden Ardisela ini letaknya berada di daerah Sida Parta atau Karang Panas,di mana kawasan ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan Blok atau Jalan Muara Bengkeng.Rumah ini lebih berfungsi sebagai rumah tinggal Mbah Raden Ardisela bersama anak dan istrinya.

Bagian depan keraton berada di bagian yang sekarang ini sudah menjadi jalan kereta api.Mulut Jalan Muara Bengkeng adalah sebagai batas keraton.Di area ini terdapat halaman dan beberapa bangunan,salah satunya adalah bangunan lunjuk,ada tempat tinggal yang sekarang menjadi makam,langgar agung yang sekarang sudah menjadi masjid,kolam ikan,kandang kuda,taman,dan beberapa bangunan lainnya.Sayangnya keberadaan halaman dan bangunan-bangunan tersebut sudah tak tersisa lagi karena sudah berganti menjadi bangunan baru,baik yang dimiliki oleh keturunannya atau juga orang lain yang membeli tanah atau bangunan dari keturunan Mbah Raden Ardisela.

Sepeninggal Mbah Raden Ardisela keraton beserta tanah beliau tersebut diwariskan kepada anak dan cucunya.Sekarang ini nyaris tak ada sisa-sisa atau bekas keraton milik Mbah Raden Ardisela lagi,yang masih ada adalah masjid,sumber air Muara Bengkeng,dan pemakaman yang dulunya diperkirakan adalah bangunan keraton milik Mbah Raden Ardisela.

Rabu, 24 Februari 2016

Mbah Ardisela,Antara Kisah Mistis dan Perjuangannya

Mbah Raden Ardisela,Antara Kisah Mistis dan Perjuangannya

Walau tidak pernah bertemu secara langsung dengan Mbah Raden Ardisela dan hanya mengenal beliau dari cerita mulut ke mulut saja,sosok Mbah Raden Ardisela akan selalu dikenang dan menarik untuk dibicarakan.Walau sudah ratusan tahun berlalu dari kehidupan sekarang,namun bagi orang yang mengenal sosok Mbah Raden Ardisela pasti tak akan pernah berhenti mengaguminya.Sebagian orang ada yang menyukai sisi mistisnya dan sebagian yang lain lebih mengagumi sisi perjuangannya.

Sisi mistis tak lepas dari kehidupan Mbah Raden Ardisela,bahkan hingga beliau lama telah tiada cerita mistis tentang beliau masih saja ada.Beredar cerita dari mulut ke mulut tentang karomah atau juga tentang kesaktian Mbah Raden Ardisela,ada yang masuk akal,namun tak sedikit pula yang sulit dicerna oleh akal orang kebanyakan namun konon itu benar-benar pernah terjadi.

Ada beberapa cerita yang mengisahkan tentang beliau yang begitu akrab dengan alam gaib,tentang pusaka-pusaka peninggalannya,tentang orang-orang hebat dan sakti yang menjadi teman dan sahabatnya,tentang cerita harta benda peninggalannya yang masih tersimpan berselubung misteri dan juga cerita-cerita mistis lainnya.Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu dan meyakini cerita-cerita tersebut.

Sisi perjuangan Mbah Raden Ardisela juga tak terlepas dari kehidupannya,karena beliau hidup di jaman penjajahan Belanda yang mencengkeram kekuasaan Cirebon dan juga Nusantara.Beliau yang tak henti berjuang,tak henti juga menginspirasi banyak orang di masanya untuk turut serta berjuang.Bahkan hingga sekarang setelah ratusan tahun berlalu,tak sedikit pula orang-orang yang masih terinspirasi oleh kehidupan dan  perjuangannya,walau tahu tentang perjuangannya dari cerita mulut ke mulut saja.

Mbah Raden Ardisela,antara kisah mistis dan perjuangannya tetap saja menarik untuk dibahas,diceritakan,didiskusikan atau juga untuk direnungkan.Sayangnya hanya sedikit kisah yang masih tersimpan karena orang-orang yang menyimpan kisahnya satu persatu telah tiada,tanpa mereka sempat menceritakan atau menuliskan ceritanya  untuk generasi berikutnya.
Wallahua'lambisshowab.

Antara Kebaikan Dan Keburukanku

Antara Kebaikan Dan Keburukanku

Sebagai manusia pasti kita tak luput dari yang namanya benar dan salah,antara baik dan buruk.Bagi orang yang sholeh mungkin akan lebih banyak kebaikan yang diperbuatnya,sementara bagi orang yang durhaka pasti lebih banyak keburukan yang diperbuatnya.Kebaikan dan keburukan akan silih berganti dilakukan oleh orang-orang yang tidak sholeh namun juga bukan orang yang durhaka.

Aku sendiri merasa bukanlah orang yang sholeh yang begitu banyak amal kebaikannya,namun aku juga merasa bukan sebagai seorang yang durhaka yang selalu saja berbuat salah dan dosa.Aku sering berbuat kebaikan,namun tak jarang juga aku berbuat keburukan.Begitulah aku yang tergolong sebagai kaum kebanyakan.

Ada sebagian amal kebaikan yang aku tunjukkan kepada orang,tapi bukan dengan tujuan riya karena ingin dipuji oleh banyak orang.Aku melakukannya agar kebaikan yang aku lakukan bisa diikuti oleh orang lain,dengan kata lain aku melakukannya karena ingin mengajak orang lain berbuat kebaikan,mengajak mereka secara langsung dengan langkah nyata dan tak hanya dengan kata-kata.

Sebagian besar amal burukku sebisa mungkin aku sembunyikan,bukan karena aku takut dicap sebagai orang yang penuh dosa,salah atau hina.Aku menutupi semua amal burukku dari pandangan orang lain karena aku masih mempunyai rasa malu dan tak ingin orang lain mengikuti langkahku.Aku takut jika aku berbuat keburukan lalu perbuatanku itu diikuti oleh orang lain,karena walau aku tak sedang melakukannya maka aku akan tetap mendapatkan dosa dari apa yang orang lain lakukan karena mereka meniru langkahku.

Semoga Allah swt menjauhkanku dari sifat dan sikap riya atau ingin dipuji ketika aku menampakkan sebagain amal ibadahku yang bertujuan mengajak orang lain berbuat kebajikan.Semoga aku bukan termasuk orang-orang yang munafik karena aku suka menyembunyikan aib atau dosa dan kesalahan sendiri,karena semua keburukan yang aku lakukan sebisa mungkin aku se!bunyikan agar perbuatan burukku ini tak ditiru oleh orang lain.

Antara kebaikan dan keburukanku,semoga saja kebaikanku yang akan jauh lebih banyak dari keburukanku.Antara kebaikan dan keburukanku,semoga saja kebaikanku yang akan jauh lebih besar dari keburukanku.Semoga saja Allah swt selalu membawaku pada kebaikan dan menjauhkanku dari keburukan.Amin.

Jumat, 19 Februari 2016

Belajar Berteman Dengan Siapapun

Belajar Berteman Dengan Siapapun

Berteman sama saja belajar,belajar menjaga diri dan belajar mengenali orang lain.Berteman adalah belajar sepanjang pertemanan itu berlangsung.Selama kita masih berteman maka kita dituntut untuk terus belajar.

Belajar berteman dengan siapapun bukanlah sesuatu yang mudah,karena setiap orang mempunyai sifat,sikap dan tingkah laku yang berbeda.Tapi yang terpenting adalah dengan berteman dengan siapa saja membuat kita tahu banyak hal dan bisa belajar mengenal karakter banyak orang dengan lebih baik lagi.

Berteman dengan siapapun tanpa memandang latar belakang suku,agama,ras,kepercayaan,kekayaan,rupa dan lain sebagainya adalah hal yang indah walau tidak mudah.Yang terpenting dari pertemanan adalah niat berteman tersebut.Selagi berniat baik,berteman dengan siapapun pasti tak ada masalah.

Seringkali selalu saja ada hal yang membuat kita tidak nyaman  dalam berteman.Bila hal ini terjadi maka biasanya ada dua kemungkinan.Pertama mungkin teman tersebut yang memang membuat kita tidak nyaman,dan yang kedua adalah mungkin saja dari diri kita sendiri yang memang bermasalah.

Belajar berteman dengan siapapun bukanlah hal mudah,karena memang setiap orang dengan latar belakang yang berbeda akan mempunyai karakter dan kebiasaan yang berbeda pula.Yang terpenting dari pertemanan adalah saling mengerti satu sama lain,saling menghormati,saling memahami dan saling mengetahui batasan tertentu agar tidak terjadi gesekan atau menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Guru Yang Suka Menghukum Murid Yang Telat

Guru Yang Suka Menghukum Murid Yang Telat

He he,sebagai guru saya itu memang termasuk guru yang susah diajak kompromi,begitu kata murid-murid saya.Ada yang bicara demikian di belakang,tapi ada juga yang berani bicara di depan saya langsung.Semua saya terima dengan senang hati karena inilah saya.Saya memang paling tidak bisa diajak kompromi untuk hal-hal yang menurut saya tidak benar.

Salah satu hal yang tidak bisa diajak kompromi dari saya adalah ketika ada murid yang telat terlalu lama karena alasan yang tidak terlalu penting,dibuat-buat atau sepele.Kalau menemui murid yang seperti ini pasti saya akan langsung memberi hukuman pada mereka.Bukan apa-apa,semua demi kebaikan mereka.Oleh karena itulah saya disebut sebagai guru yang suka menghukum murid yang telat.

Sebenarnya kalau terlambat cuma lima menit mungkin saya akan memaafkannya tanpa syarat tertentu,tapi kalau lebih dari itu saya akan memaafkan tapi dengan syarat tertentu.Kalau terlambat karena alasan yang masuk akal dan tidak sering saya juga pasti akan memaafkannya,tapi kalau alasannya tidak masuk akal,dibuat-buat serta terjadi berulang kali,saya  akan memaafkannya tapi dengan syarat tertentu.Semua saya lakukan agar mereka sadar.

Syarat yang saya berikan pada yang telat adalah dengan cara mereka menulis di kertas bahwa mereka berjanji tidak akan telat atau berjanji tak akan mengulanginya lagi.Jumlah tulisannya tergantung berapa lama dan berapa sering mereka terlambat.Kalau masih mengulangi lagi biasanya mereka akan mendapatkan jumlah tulisan yang semakin banyak.Dengan cara ini lumayan efektif dan membuat mereka berpikir beberapa kali jika terlambat saat mata pelajaran yang saya ajar.

Dengan cara membuat perjanjian tertulis tersebut saya tak perlu memarahi mereka,karena marah itu membutuhkan tenaga yang tidak sedikit.Lebih baik mereka harus membuat perjanjian tersebut sehingga  membuat mereka lelah dan kapok dibuatnya.Dengan cara ini sebagian besar dari mereka menjadi tak berani mengulanginya lagi.

Rabu, 17 Februari 2016

Belajar Menilai,Tak mau Belajar Menghakimi

Belajar Menilai Tapi Tak Mau Belajar Menghakimi

Setiap orang pasti mempunyai sisi positif dan negatif,sisi baik dan sisi buruk,sisi hitam atau putih,sisi terang juga gelap,atau juga perpaduan antara kedua sisi tersebut.Itulah manusia,yang mempunyai dua sisi atau lebih dalam hidupnya.

Setiap orang bebas menilai diri sendiri dan juga orang lain,karena manusia memang tak lepas dari nilai.Menilai adalah hal yang wajar dan tak mungkin dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari,karena manusia hidup dengan nilai.Menilai tak dilarang asalkan menilai secara adil dan bijaksana.

Sebagai seorang manusia,saya juga harus pandai menilai agar saya tak salah menilai.Untuk itulah sampai saat ini saya terus belajar menilai,baik itu belajar menilai diri sendiri maupun menilai orang lain.Saya harus belajar menilai dengan jujur,adil dan bijaksana (he he,bahasa saya sok banget ya).

Belajar menilai tapi tak mau belajar menghakimi,itulah yang harus saya lakukan.Saya menilai seseorang dari berbagai sisi namun tak ingin menghakimi,karena yang saya nilai jelek belum tentu jelek dan yang saya nilai bagus belum tentu bagus pula.

Saya berusaha belajar menilai diri sendiri agar saya bisa instropeksi.Saya belajar menilai orang lain agar saya bisa menjadikannya sebagi pelajaran untuk saya dalam menghadapi kehidupan ini,tapi bukan untuk menghakimi.

*Nilai saya sesuka hati anda,yang jelas saya tak seperti apa yang anda kira.

*He he,gara-gara banyak orang yang suka salah faham,salah sangka,suka menilai seauka hati,suka menghakimi dan menyalahkan orang lain,maka dari itulah saya menulis tulisan ini.



Selasa, 16 Februari 2016

Pesantren Benda Kerep Cirebon

Pesantren Benda Kerep Cirebon

Pesantren Benda kerep Kota Cirebon adalah sebuah pesantren yang didirikan oleh Kiai Soleh yang masih keturunan Mbah Muqoyim pendiri Pesantren Buntet.Pesantren ini didirikan sekitar abad 19 M dan masih bertahan hingga sekarang yang pengelolaannya dilanjutkan oleh para kiai keturunan Kiai Soleh.

Benda kerep adalah pesantren yang murni memakai sitem salafi atau tradisional.Di pesantren ini sampai sekarang tidak menyelenggarakan pendidikan umum seperti sekolah pada umumnya.Yang ada di sini hanyalah pendidikan yang berupa pengajian-pengajian yang diajar oleh para ustadz dan kiai yang diikuti oleh para santrinya.

Pesantren Benda dikenal sebagai pesantrennya kaum tasawuf.Pesantren ini tidak memperbolehkan sekolah umum sibuka di dalam pesantren dikarenakan sebagai bentuk perlawanan terhadap Penjajah Belanda.Walau zaman sudah berganti dan tidak ada lagi penjajahan di Indonesia,pesantren ini tetap mempertahankan identitasnya sebagai pesantren yang tidak  membuka sekolah umum.

Pada zaman penjajahan hingga awal kemerdekaan dulu,hampir sebagian besar keluarga kiai dan keturunanya tak mengenyam pendidikan di bangku sekolah.Kalaupun mereka kenal baca tulis latin mereka biasanya akan belajar pada seorang guru atau anggota keluarga lainnya yang bisa membaca dan menulis huruf latin.Tapi sekarang ini sudah banyak juga keturunan kiai yang sudah mengenyam pendidikan di sekolah umum walaupun tidak bersekolah di dalam pesantren.

Pesantren Benda kerep adalah pesantren yang unik.Di pesantren ini tidak diperbolehkan mempunyai radio,tv dan alat elektronik yang berfungsi sebagai sarana hiburan.Pesantren Benda seperti terpisah dari dunia luar,bila hendak memasuki pesantren ini para pengunjung harus
melewati sungai yang tidak ada jembatanya.Jadi kalau ingin masuk dan keluar pesantren ini para pengunjung harus memperkirakan kapan air deras atau tidaknya,kalau tidak maka harus memutar jauh agar tidak melewati sungai yang tidak berjembatan tersebut.

Minggu, 14 Februari 2016

Cabe Rawit Hijau Si Pengusir Wasir

Cabe Rawit Hijau Si Pengusir Wasir

Wasir itu adalah salah satu penyakit yang menyakitkan,menjengkelkan aekaligus me!alukan.Menyakitkannya wasir akan terasa saat susuk atau saat buang air besar.Menjengkelkannya wasir karena membuat aktifitas kita terganggu.Memalukannya wasir karena penyakit ini sering dijadikan bahan olok-olokan oleh banyak orang.😪

Hem,mengingat hal yang ditimbulkan tidak ringan,semoga saja tak ada lagi orang yang suka mengolok-olok orang lain dengan penyakit yang satu ini.Kalau masih tetap mengolok-olok mudah-mudahan orang yang suka mengolok-oloknya terkena penyakit ini juga,biar tahu rasa (he he,kejam banget ya do'anya.Do'anya tidak sungguh-sungguh kok,nercanda biar yang sedang terlena wasir bisa sedikit tersenyum nyengir).😌

Ternyata penyakit wasir atau ambeyen ini tak melulu harus diobati dengan obat-obatan modern yang mahalenyakit yamg satu ini dapat juga diobati dengan cara yang mudah dan murah.Obatnya sangat mudah didapat dan melimpah ruah di pasar tradisional.Apa itu obatnya?,obatnya yaitu cabe rawit hijau yang ditelan atau dimakan mentah bersama makanan lain.Kedengarannya aneh atau tak meyakinkan ya?.😎

Sebenarnya sudah banyak yang membuktikannya kok.Cabe rawit hijau sebagai obat wasir ini saya peroleh infonya dari acara sehat bersama Dr.Hembing yang pernah tersohor di sebuah tv swasta di era tahun 1990 an.Saya terus teringat dengan informasi ini dan sekarang saya sudah buktikan juga kalau cabe rawit ini memang lumayan manjur untuk mengobati penyakit wasir.(Kasih tahu info tentang cabe rawit sebagai obat wasir ini ke orang lain ya,tapi jangan kasih tahu kalau saya punya penyakit yang satu ini,he he🙅).

Sabtu, 13 Februari 2016

Serunya Berkunjung Ke Buntet Pesantren Bersama Ibu

Serunya Berkunjung Ke Buntet Pesantren Bersama Ibu

Akhir tahun 1980 an,saat itu saya masih sebagai seorang anak yang masih agak lucu dan lugu (he he,lucu-lucuin sendiri saja deh ya,padahal mungkin nyebelin benget bagi orang lain).Ketika diajak ibu pergi saya masih mau dan belum mengenal rasa malu seperti saat remaja.Salah satu tempat yang sering saya kunjungi bersama ibu adalah Pesantren Buntet tempat nenek dan mbah buyut putri saya dari ibu dan bapak berasal.

Pergi bersama ibu ke Pesantren Buntet adalah sesuatu yang menyenangkan,seru sekaligus membosankan.Senangnya karena diajak jalan-jalan,serunya berkaitan dengan cerita ibu,membosankannya ibu akan banyak mampir ke orang yang kenal atau saudara yang ditemuinya di manapun beliau bertemu,karena akan memakan waktu yang cukup lama saat mengobrol dengan mereka.Ibu saya yang bernama Khuriyah atau Churiyah asal Kasepuhan itu memang dikenal sebagai ratunya ngobrol se Buntet Pesantren Raya.

Cerita adalah hal yang saya sukai saat itu,dan cerita ibu adalah salah satu hal yang sering saya tunggu.Serunya pergi bersama ibu ke Buntet Pesantren ya itu,karena seperti biasa ibu selalu banyak cerita tentang banyak hal,mulai dari sejarah Buntet Pesantren,kebiasaan masyaraktnya,para kiai dan juga leluhur saya,keluarga nenek dan mbah uyut,saudara-saudara asal Buntet Pesantren,dan lain sebagainya.Dari cerita ibu saya akhirnya saya tahu banyak tentang Buntet Pesantren ini.

Ibu saya itu jago sekali berbicara atau mengobrol.Sama orang yang baru dikenal saja beliau itu bisa langsung klop dan bisa mengobrol lama,apalagi sama orang yang sudah dikenalnya,ngobrol sama orang yang masih tergolong teman,saudara atau kerabat,pasti semakin lama ngobrolnya.Saat pergi ke Buntet Pesantren,sudah jaminan bakal lama sekali ngobrolnya karena banyak sekali teman,saudara dan kerabat di sini.Kalau sudah ngobrol pasti akan membosankan sekali buat saya karena akan memakan waktu yang lama.

Setelah saya remaja dan dewasa saya hampir tak pernah lagi bepergian dengan ibu ke Buntet Pesantren.Saat remaja justru saya sering pergi ke Buntet Pesantren sendiri,maklum saja,saya kan sekolah di Mts NU Putra 1 Buntet Pesantren dari mulai tahun 1989  sampai dengantahun 1992.Setelah dewasa saya jarang sekali datang ke Buntet Pesantren dengan berbagai macam alasan.

Setelah menginjak usia 40 tahun ini saya semakin sering berkunjung ke Buntet Pesantren,selain ingin berziarah ke makam para leluhur yang dimakamkan di pemakaman Gajah Ngambung,menghadiri acara pernikahan saudara,saya juga ingin bernostalgia saat saya sekolah di Mts dulu.Satu hal yamg paling penting ketika saya pergi ke Buntet Pesantren adalah bernostalgia saat pergi bersama ibu tercinta yang sudah tak mungkin lagi terulang karena sudah lama ibu telah tiada.

Jumat, 12 Februari 2016

Buntet Pesantren Oh Buntet Pesantren

Buntet Pesantren Oh Buntet Pesantren

Nama saya adalah Ghufron Amin.Saya adalah anak dari Raden Djunaedi Kalyubi dan Khuriyah Masduki.Walau tinggal di Tuk Karangsuwung tetapi saya masih sedikit merasa orang Buntet Pesantren.Maklum saja,karena darah Buntet Pesantren mengalir deras di tubuh kedua orangtua saya.Hal ini karena kedua nenek saya adalah asli keturunan Buntet Pesantren.Keduanya adalah kakak beradik putri dari Kiai Ilyas.Jadi ayah dan ibu saya adalah adik sepupu yang terikat dalam hubungan pernikahan.

Pernikahan antar saudara sepupu(satu kakek nenek) atau sepupu jauh (satu mbah buyut) adalah sesuatu yang lumrah dan banyak terjadi di kalangan keluarga Buntet Pesantren.Ayah dan ibu saya adalah salah satunya.Pernikahan antar saudara tersebut bisa terjadi karena perjodohan atau karena memang sudah saling naksir duluan saat kumpul keluarga besar.Dan alasan ayah ibu saya menikah adalah karena alasan yang kedua.Ya,ayah saya bilang kalau beliau naksir ibu duluan saat ayah berkunjung ke rumah ibu yang tak lain adalah sepupunya sendiri.

Walau kedua nenek saya itu berdarah Buntet Pesantren dari ayah mereka yang bernama Kiai Ilyas,tapi setelah menikah keduanya tidak lagi tinggal di Buntet Pesantren.Nenek saya dari pihak ibu yang bernama Nyai Fatimah tinggal di Kasepuhan bersama suami tercintanya Kiai Raden Masduki.Nenek saya dari pihak ayah yang bernama Nyai Aminah tinggal di Desa Tuk Karangsuwung bersama suami terkasih Kiai Raden Kalyubi yang masih keturunan dari Mbah Ardisela.Sementara ayah dan ibu saya setelah menikah lebih banyak tinggal di Desa Tuk Karangsuwung hingga akhir hayatnya.

Ayah dan ibu saya lahir dan besar di luar Buntet Pesantren,tapi semangat berdakwah tetap ada dalam diri keduanya.Maklum saja,selain kedua nenek saya yang rajin mengajar mengaji,kedua kakek saya dari pihak ayah dan ibu juga ulama,jadi urusan dakwah atau mengajar mengaji sudah jadi kegiatan mereka sehari-hari.Istilah katanya adalah sudah mendarah daging sehingga tak bisa dilepaskan lagi.

Bagaimana dengan saya dan Buntet Pesantren?,saya merasakan Buntet Pesantren sebagai tempat belajar saja,tak lebih dari itu.Saat itu saya sebagai murid yang belajar di Mts NU Putra 1 Buntet Pesantren yang lulus di tahun 1992.Karena darah Buntet masih ada di kedua orangtua saya,maka yang mengajar di sekolah tempat saya belajarpun sebagian besar masih saudara atau minimal adalah orang lain yang kenal baik dengan orangtua saya.

Bagaimana dengan saya dan dakwah?,He he,sampai usia saya mencapai 30 tahun tak sekalipun saya mengajar apalagi berdakwah.Baru setelah berusia 32 tahun saya memulai kiprah saya sebagai seorang yang bergerak dalam bidang pendidikan,yaitu dengan cara menjadi seorang guru yang mengajar di beberapa sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.Walau dengan gaji sedikit tak mengapa,yang penting bisa membawa berkah.

Berdakwah?,tentu saja saya berdakwah,tapi dakwahnya sementara ini  untuk diri sendiri saja.Maklum,semua karena memang saat ini saya sendirilah yang patut dan harus didakwahi,bukan orang lain.Perilaku saya itu masih jauh dari kata patut untuk menjadi seorang pendakwah.Tahu diri kalau harus berdakwah,jadi berdakwah untuk diri  sendiri saja dulu.

Buntet Pesantren oh Buntet Pesantren,walau saya lahir dan besar di luar wilayah Buntet Pesantren,namun masih ada sedikit warisan darahmu di tubuh saya ini.Tapi walau sedikit semoga tetap bisa menjadi spirit untuk saya berbuat lebih baik lagi.Semoga saya bisa meneladani para leluhur saya yang setia berdakwah dan sudah membangun juga membesarkan Buntet Pesantren,sehingga saya juga bisa dan selalu giat dalam berdakwah.Amin.

Mantan Murid Jablai Yang Termasuk Bokep

Mantan Murid Jablai Yang Termasuk Bokep

Jablai alias jarang belajar intensif.Itulah yang sering saya lakukan dulu saat saya masih sekolah.Entah mengapa saya itu paling malas sekali untuk mempelajari mata pelajaran yangbdiajarkan di sekolah.Karena jablai maka nilai yang didapat pun jauhndari kata sempurna.Nilai saya memang masih lumayan baik,tapi jauh dari kata memuaskan,beda sekali dengan anak-anak yang belajar secara intensif.

Kalau ingat masa lalu yang jablai itu saya sangat menyesal dan ingin sekali rasanya saya kembali ke masa lalu.Tapi semua sudah tak mungkin lagi,sekarang yang ada hanya penyesalan.Padahal saat pernah belajar dengan baik secara intensif,saya pernah mendapatkan beasiswa dan ikut lomba cerdas cermat dengan hasil yang memuaskan.

Untunglah,walau jablai saya ini juga bokep alias bocah kepo.Jadi saya tidak terlalu ketinggalan jauh dibandingkan orang kebanyakan.Saya yang bokep,saya yang selalu ingin tahu ini banyak sekali bertanya pada siapa saja dan banyak membaca berbagai bahan bacaan.Efeknya pengetahuan saya lumayan banyak.Menjadi bokep memang telah menyelamatkan saya dari kemiskinan akan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah sekarang ini saya tak lagi jablai alias tak lagi jarang belajar intensif.Sekarang ini saya termasuk orang yang suka belajar secara intensif.Tiada hari tanpa belajar,baik itu belajar untuk mengajar ilmu yang akan saya ajarkan,atau juga belajar ilmu baru yang saya suka atau memang saya butuhkan dalam kehidupan ini,baik yang bermanfaat untuk saya sendiri maupun untuk orang lain.

Alhamdulillah sekarang ini saya tetap ingin tahu banyak hal dan tetap  menjadi bapak kepo alias bakep (bukan lagi bokep alias bocah kepo karena saya sudah dewasa).Dengan menjadi bokep atau bakep saya menjadi mengetahui banyak hal,baik itu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,teknologi,berita dan informasi dan banyak hal lainnya yang kadang juga bisa bermanfaat untuk orang lain.

Saya adalah mantan murid yang jablai dan bokep.Sekarang saya tak imgin lagi menjadi orang yang jablai karena akibatnya saya akan tertinggal banyak hal dibandingkan orang lain.Saya adalah mantan murid yang bokep dan sekarang akan menjadi bakep yang tetap banyak tahu akan banyak hal,tetapi bukan untuk mencari tahu kejelekan orang  dan juga bukan mengusili orang lain.

Dulu Ingin Kaya,Sekarang Ingin Bermanfaat

Dulu Ingin Kaya,Sekarang Ingin Bermanfaat

Dari kecil hingga tumbuh besar,saya hidup dalam keluarga yang sederhana.Orangtua saya tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan.Walau tak berlebihan ibu saya selalu mengajarkan kami anak-anaknya untuk berbagi kepada siapapun yang membutuhkan.Hal inilah yang membuat saya dan saudara-saudara saya merasa hidup bahagia.

Walau termasuk dari keluarga keturunan orang terpandamg dan cukup berada,saya merasa saya bukanlah orang kaya.Makanya saat kecil dulu saya ingin sekali hidup menjadi orang kaya.Ketika tumbuh besar keinginan tersebutpun tak juga berubah.Maka ketika lulus sma saya melakukan aneka usaha agar saya bisa menjadi orang kaya.

Saya yang suka membaca aneka bacaan akhirnya semakin terprovokasi untuk menjadi kaya.Di benak saya menjadi seorang yang kaya adalah hal yamg menarik dan istimewa.Sayapun berpikir jika saya pasti bisa mewujudkannya.Salah satu cara unruk menjadi kaya adalah melalui pendidikan agar bisa mendapatkan pekerjaan idaman yang bisa dengan cepat mendatangkan kekayaan.

Saat itu yang ada di otak saya hanyalah bagaimana caranya menjadi kaya.Akhirnya berbagai carapun saya lakukan untuk mewujudkan keinginan saya tersebut.Beraneka pendidikan dan pelatihan saya ikuti demi mencapai pekerjaan atau profesi bergengsi.Dan saya hampir bisa mewujudkan keinginan saya untuk menjadi kaya,!elalui aneka pendidikan dan pelatihan yang saya ikuti tersebut.

Saat sedang belajar dan juga mulai bekerja itulah saya banyak bertemu dengan banyak orang dengan beragam persoalan.Aneka masalahpun tak lupa datang dan pergi silih berganti,baik itu aneka masalah yang berkaitan dengan diri sendiri atau juga orang lain yang selalu saja harus saya hadapi.Saat itu saya banyak menolong dan juga ditolong oleh orang lain,sesuatu yang justru membuat keinginan saya untuk menjadi orang kaya berubah menjadi keinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat.

Saat menolong orang lain ada perasaan senang sekali di dalam diri ini,karena saya bisa menolong orang lain dan membuat mereka bahagia.Saat ditolong oleh orang lain saya juga merasakan hal yang sama,yaitu rasa senang,bahkan rasa senang yang lebih dibandingkan ketika saya menolong orang lain.Dari sinilah yang akhirnya menimbulkan keinginan saya untuk menolong orang lain.Saya ingin membuat orang lain senang,bahagia,dan menjadi berguna.Untuk mewujudkan itu semua saya harus menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Ternyata kebahagiaan itu tak melulu diukur dari seberapa besar atau seberapa banyak kekayaan yang dimiliki.Ternyata kekayaan itu juga tak melulu soal harta benda atau materi,tetapi juga kekayaan hati.Ada kekayaan yang jauh lebih penting lagi dibandingkan kekayaan harta benda yang dimiliki,yaitu kekayaan budi pekerti.

Mungkin dulu saya ingin sekali menjadimorang yang kaya harta karena saya berpikir jika harta adalah segalanya.Tapi sekarang saya hanya berpikir ingin menjadi orang bermanfaat saja,karena kehidupan akhirat jauh lebih nikmat terasa.

Wallahua'lam bisshowab....

Mbah Raden Ardisela (27)

Mbah Raden Ardisela,dari Kasepuhan Melawan Penjajah

Mbah Raden Ardisela,demikian orang-orang sekarang menyebut nama seorang pemimpin,ulama sekaligus pejuang yang merupakan murid sekaligus teman seperjuangan Mbah Muqoyim pendiri Pesantren Buntet ini.Nama waktu kecilnya adalah Raden Rustam. Setelah dewasa beliau lebih dikenal dengan sebutan nama Raden Ardisela,dan tak sedikit juga orang yang menyebutnya dengan sebutan Pangeran Ardisela.Nama lahirnya adalah Raden Rustam dan beliau merupakan keturunan keenam dari Panembahan Girilaya dari istri yang bukan permaisuri.Panembahan Girilaya tak lain adalah Sultan terakhir Kerajaan Cirebon sebelum terbagi dua.

Mbah Raden Ardisela diperkirakan lahir sekitar tahun 1770 M,sementara di sebuah catatan lain ada yang memperkirakan jika beliau lahir sekitar tahun 1758 M.Saat beliau hidup,Kesultanan Cirebon sudah terbagi dua yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.Walau Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman masih bersaudara dan Mbah Raden Ardisela bisa dekat dengan kedua kesultanan tersebut,namun Mbah Raden Ardsela lebih banyak berhubungan dengan Keraton Kasepuhan.Hal ini selain karena terkait masalah tempat tinggal juga terkait masalah pekerjaan yang saat itu sedang dilaksanakannya sebagai seorang kepala suatu wilayah di Cirebon,yang memang berada di bawah otoritas Keraton Kasepuhan.

Mbah Raden Ardisela adalah seorang pemimpin suatu wilayah di Sindang Laut dan sekitarnya,ulama sekaligus pejuang.Beliau dikenal sebagai seorang yang pandai,pemberani dan sakti mandra guna.Beliau hidup pada masa penjajahan Belanda yang saat itu  sedang menguasai Cirebon dan juga Nusantara.
Saat itu Kesultanan Kasepuhan adalah termasuk Kesultanan yang  bekerja sama dengan Penjajah Belanda.Menyaksikan sendiri bagaimana campur tangan Belanda terhadap kehidupan dan aturan di Keraton Kasepuhan,akhirnya membuat Mbah Raden Ardisela membenci penjajah Belanda.Lebih-lebih ketika beliau tahu jika Penjajah Belanda sering berbuat semena-mena kepada rakyat banyak,maka semakin bencilah Mbah Raden  Ardisela kepada Penjajah Belanda.

Perlawanan demi perlawanan mulai dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela bersama teman-teman seperjuangannya demi mengusir penjajah Belanda dari tanah Cirebon dan juga Nusantara.Beliau melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda bersama-sama rakyat,ulama,santri dan juga keturunan Kesultanan Cirebon lainnya yang juga menentang campur tangan dan kekejaman Penjajah Belanda.

Beberapa pertempuran yang pernah dilakukan Mbah Ardisela bersama para pejuang lainnya untuk melawan pihak Penjajah Belanda yang banyak diketahui adalah pertempuran santri yang terjadi di Pesawahan ketika Penjajah Belanda hendak menangkap Mbah Muqoyim,Perang Kedondong yang terjadi dalam waktu lama hingga merugikan pihak penjajah Belanda dengan kerugian yang tidak sedikit,dan lain sebagainya.

Berjuang dan berdakwah memang hal biasa yang dilakukan oleh para keturunan Syekh Syarif Hidayatullah atau yang biasa disebut Sunan Gunung Jati saat Belanda,Inggris hingga penjajahan Jepang berlangsung.Begitu pula halnya dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela,yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati ke sepuluh.

Dari Kasepuhan melawan Penjajah Belanda,itulah yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela demi menjalankan dan melanjutkan misi dakwah di bumi tercinta.Beliau berjuang demi kebaikan dan demi  kemaslahatan bersama.

Belajar Bertoleransi

Belajar Bertoleransi

Toleransi itu mudah diucapkan namun sangat sulit sekali dilakukan.Makanya toleransi adalah pembelajaran yang berlangsung seumur hidup.Toleransi harus dilakuakn di manapun,kapanpun dan kepada siapapun.Toleransi adalah harga mati agar lita bisa hidup dalam harmoni.

Sejak kecil kita juga harus sudah belajar toleransi.Di keluarga sendiri adalah tempat awal kita belajar bertoleransi.Di lingkungan terkecil ini kita sudah harus belajar bertoleransi dengan kakak,adik atau juga dengan orangtua kita sendiri.Orangtua yang bijak akan mengajarkan cara bertoleransi yang baik kepada anak-anaknya.

Ketika terlepas dari lingkungan keluarga dan bergabung dengan lingkungan yang lebih luas,kita harus terus belajar bertoleransi.Bertoleransi pada orang,juga pada keadaan.Bertoleransi pada kebiasaan juga pada aneka dikiran dan perbuatan.

Setiap orang dari keluarga berbeda akan mempunyai kebiasaan yang berbeda pula.Setiap orang dari latar belakang pendidikan yang berbeda akan mempunyai cara pandang atau fikiran yang berbeda pula.Di sinilah perlunya kita bertoleransi,agar bisa mencapai keharmonisan dalam kehidupan ini.

Setiap suku,kelompok,agama,bangsa,pastilah mempunyai kebiasaan dan tujuan yang berbeda dalam hidupnya.Hanya dengan toleransilah yang bisa membuat semua berjalan beriring bersama-sama.Tak mungkin kita hidup dalam damai,bila hidup tanpa toleransi.

Toleransi adalah pembelajaran seumur hidup,untuk itulah sampai saat ini saya juga masih terus belajar bertoleransi.Belajar bertoleransi atas apa yang berbeda dengan saya dan selama yang saya beri toleransi tidak mendatangkan keeugian bagi pihak lain.

Belajar bertoleransi,itulah yang harus saya lakukan selama saya hidup di dunia ini.

Rabu, 10 Februari 2016

Do'a Untuk Para Murid

Do'a Untuk Para Murid

Do'a untuk para guru sudah saya lakukan.Semoga semua guru yang pernah mengajar saya mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.Amin.Kalau guru saya do'akan,bagaimana dengan murid-murid yang saya ajar?,saya juga harus mendo'akan mereka.

Murid-murid adalah bagian dari saya sebagai seorang guru.Tanpa mereka saya tak akan mungkin menjadi guru.Oleh karena itu apapun alasannya saya harus mendo'akan mereka.Murid-murid yang baik,yang rajin,yang bandel,yang nakal,yang pintar,yang tidak pintar,yang sopan,yang tidak sopan,semua harus saya do'akan.

Do'a untuk para murid saya akan selalu saya ucapkan tanpa memandang latar belakang mereka. Do'a untuk para murid saya selalu akan saya panjatkan,agar mereka semua menjadi orang-orang yang bermanfaat di dunia dan akhirat.Do'a untuk para murid saya,semoga akan selalu saya bacakan dengan tulus tanpa mengharap imbal balas dari mereka.

Dulu dan mungkin sekarang saya adalah seorang murid.Sekarang dan entah sampai kapan,saya adalah seorang guru.Sebagai seorang murid saya harus mendo'akan guru saya yang sudah begitu berjasa pada saya.Sebagai seorang guru saya harus mendo'akan murid-murid saya,karena merekalah yang akan membuat saya bahagia.Semakin banyak ilmu yang saya ajarkan dan lalu mereka manfaatkan,maka semakin banyak pula kebaikan yang mengalir untuk mereka,saya dan juga lainnya.

Selasa, 09 Februari 2016

Do'a Untuk Para Guru

Do'a Untuk Para Guru

Mengajar ilmu agama itu memang banyak hikmahnya,tapi kalau saya disuruh mengajar ilmu agama pasti saya akan selalu menolaknya.Tetapi ada satunpengecualian,yaitu kecuali memang tak ada guru agama lain selain saya.Bila demikian keadaannya maka mau tidak mau saya harus menerimanya pula.Karena itu adalah amanat yang harus saya jalankan.

Suatu waktu saya juga pernah mengajar mata pelajaran Agama Islam di sma.Saat itu pihak wakasek kurikulum mempercayakan pada saya untuk mengajar mata pelajaran PAI.Dengan penuh semangat saya harus menerimanya,maklum saja,semua karena memang tak ada guru lain yang berlatar belakang Pendidikan Agama Islam selain saya dan satu teman lainnya.Sementara kelas yang harus diajar lumayan banyak.

Sesuatu yang tak pernah saya impikan akhirnya malah jadi kenyataan.Saya mengajar PAI,sebuah mata pelajaran yang harus seimbang antara apa yang diajarkan dengan apa yang dilakukan.Sementara saya masih jauhbsekali dari kata seimbang.Perilaku saya masih jauh sekali dengan apa yang harus diajarkan.Malu,tapi mau tidak mau saya harus menjalaninya karena ini adalah sebuah keharusan.Intinya saya mengajar sambil berlatih agar saya dan murid-murid saya semakin menjadi baik,itu saja.

Mengajar PAI itu ternyata ada hikmahnya juga.Saat itu saya yang harus menjelaskan tentang adab murid pada gurunya seolah diingatkan kembali akan guru-guru saya terdahulu.Beberapa pelajaran di antaranya adalah tentang sikap sopan,menghormati guru dan juga mendoakan guru.Insya Allah banyak hal yang sesuai dengan apa yang saya praktekan dengan yang saya ajarkan.Tapi ada satu hal yang mengganjal,yaitu tentang mendoakan guru.

Mendoakan guru?,hem,selama ini saya jarang sekali mendoakan guru-guru yang dulu pernah mengajar saya,baik itu guru mengaji atau juga guru sekolah.Dari pelajaran yang saya ajar akhirnya saya merasa disadarkan bila selama ini saya telah melupakan guru-guru saya.Ah,betapa angkuhnya saya,padahal saya menjadi pintar karena jasa mereka semua.

Dari kejadian tersebut akhirnya saya bertekad untuk selalu mendoakan guru-guru saya.Semua guru yang pernah mengajar saya,saya do'akan agar mereka semua mendapatkan kebaikan,karena hanya berdo'alah yang bisa saya lakukan untuk mereka.Semua guru saya do'akan,terutama guru-guru yang mengajar saya tanpa pamrih,yaitu guru-guru mengaji saya.

Guru Yang Suka Kangen Dengan Murid-Muridnya

Guru Yang Suka Kangen Dengan Murid-Muridnya

Namanya guru,pasti ada banyak kenangan yang tersimpan dengan para murid-muridnya.Begitu juga dengan saya.Banyak hal yang membuat saya kangen sama anak-anak didik saya.Karena rasa kkangen inilah yang membuat saya berat meninggalkan dunia pendidikan.

Ada banyak murid yang saya kangeni,tapi bukan karena fisik dan kekayaan,tapi karena kepribadian.Yang pertama tentu saja murid-murid saya yamg lucu mrid-murid saya yang lucu biasanya anak murid yang berusia tk atau sd.Kelucuan dan keluguan mereka terkadang membuat saya tertawa dan semakin bersemangat mengajar.Sayangnya sekarang saya tak mengajar anak tk dan anak sd lagi,jadi saya tak bisa lagi bertemu dengan aneka keluguan dan kelucuan mereka.

Murid-murid yang saya kangeni selanjutnya adalah murid-murid yang baik,yang perilakunya membuat saya semangat mengajar dan tidak terlalu memakan banyak energi untuk mengajarnya.Murid-murid seperti ini bisa dari usia tingkat sd,smp hingga sma.Murid yang baik adalah murid yang mau belajar dengan sungguh-sungguh,rajin,tidak banyak bertingkah,tidak nakal dan sopan terhadap guru.Murid-murid seperti ini adalah murid-murid yang benar-benar membuat saya merasa betah mengajar.Murid-murid seperti inilah yang selalu saya kangeni.

Murid-murid yang lucu dan baik adalah murid-murid yang selalu saya kangeni.Walaupun mereka tak lagi menjadi murid saya,saya akan tetap mengingatnya.Mungkin saya tak ingat mereka satu persatu,karena jumlah mereka me!ang banyak sekali.

Guru yang suka kangen dengan murid-muridnya,itulah saya.

Jumat, 05 Februari 2016

Kiai Barowi (Barwi)

Kiai Barowi  (Barwi)

Belakangan ini di medsos banyak sekali keluarga besar saya dari pihak ibu yang menggunakan nama belakang Barowi atau Barwi Khon.Barowi,siapakah gerangan?,nama tersebut menggugah saya untuk mencari tahu asal-usulnya.Maklum saja,saya memang termasuk orang yang ingin banyak tahu,termasuk dengan nama yang satu ini.

Ketika ada acara keluarga besar saya mempunyai kesempatan untuk bertanya langsung kepada Mang Wawang atau Mang Anwar paman saya.Siapakah Kiai Barowi tersebut?.Dari paman saya tersebut akhirnya saya tahu rekam jejak asal-usul nama Barowi tersebut.Ternyata nama Barowi adalah nama leluhur kami yang giat berdakwah selama hidupnya.Beliau sendiri adalah anak dari Raden Abdullah bin Raden Soleh dan seterusnya,yang merupakan keturunan dari Pangeran Losari dari nenek buyutnya.Kalau jalur lelaki lurus,katanya keturunan Sultan Hasanudin Banten.Tak memakai gelar tubagus karena sudah turun menurun tinggal di Cirebon.Kalau ditanya silsilah,semua diam,karena katanya tak penting,yang penting jadi orang baik dan benar.

Paman saya berkisah bahwa Kiai Raden Barowi adalah seorang ulama keturunan Banten dan Cirebon namun menghabiskan banyak usianya di beberapa tempat seperti Banten,Karawang dan Cirebon.Beliau hidup sekitar akhir 1700 hingga awal 1800an.Kemungkinan beliau hidup sejaman dengan Mbah Muqoyim,Kiai Ardisela Dawuan,dan Mbah Ardisela Tuk.Hal ini saya perkirakan bila dirunut dari keturunannya hingga sekarang.Kemungkinan besar beliau adalah teman seperjuangan sekaligus kerabat dekat dari Mbah Raden Mutaad.Hal ini dapat dilihat dari perkawinan salah satu cucunya yang bernama Kiai Bakri Bin Kiai Bakir bin Kiai Barowi/Barwi yang menikah dengan cucu Mbah Raden Mutaad yang bernama Nyai Mukminah binti Kiai Abdul Jamil bin Mbah Raden Mutaad.

Hingga sekarang keturunan beliau banyak juga yang berkecimpung di dunia dakwah dan tak sedikit pula keturunan Kia Raden Barowi ini yang menikah dengan keturunan Kiai Ardisela,Mbah Raden Ardisela,atau Mbah Muqoyim.

Saat hidupnya Kiai Raden Barowi berdakwah di Cirebon sampai ke Karawang.Hingga beberapa generasi,dakwah di kawasan Karawang ini masih dilanjutkan oleh keturunangnya hingga masa kemerdekaan Indonesia.Di daerah Karawang ini beliau lebih dikenal dengan sebutan Mbah atau Kiai Jawi.Mungkin karena di Karawang penduduknya menggunakan bahasa Sunda sementara Kiai Raden Barowi yang berasal dari Banten dan Cirebon ini biasa berbahasa Cirebon atau Jawa.

Beberapa generasi penerus Kiai Raden Barowi yang hidup sekarang dan aktif dalam dunia dakwah sebut saja adalah seperti Alm Kiai Haji Mahfudz Bakri (seorang ulama yang juga mantan ketua MUI dan NU Kota Cirebon,mantan anggota DPRD Kota Cirebon),Kiai Jumhur (seorang ulama yang aktif di banyak organisasi yang sekarang sebagai ketua ulama Keraton Kasepuhan) dan keturunannya yang lain yang banyak berkecimpung di dunia dakwah baik di Cirebon maupun kota-kota lainnya di Indonesia.

Itulah sekilas cerita tentang Kiai Raden Barowi atau ada juga yang menyebutnya dengan nama Kiai Raden Barwi Khon beserta beberapa keturunanya yang sebagian tetap setia di jalur dakwah seperti leluhurnya terdahulu.Mengapa banyak saudara saya dari jalur lelaki yang pada akhirnya menambahkan nama Barowi atau Barwi Khon di belakang namanya?.Semua tak lebih karena ingin mendapatkan spirit perjuangannya dan juga demi menyambung tali silaturohim antar keturunan Kiai Barowi di manapun berada.Oh ya,gelar radennya tak pernah dipakai oleh anak cucunya,lagi-lagi katanya yang penting jadi orang baik dan benar.Bawa-bawa gelar Raden atau tubagus itu berat,tanggung jawabnya besar sekali.

Lalu kenapa saya tak memakai nama Barowi atau Barwi Khon di belakang nama saya?,semua karena saya dari keturunan perempuan yaitu ibu saya,maka saya tidak memakai nama tersebut di belakang nama saya.Tapi yang terpenting adalah setelah saya mengetahui cerita tentang beliau,semoga saya mendapatkan spirit dalam berjuang dan juga bisa meniru semangatnya dalam berdakwah.Amin.

Berbagi Itu Indah

Berbagi Itu Indah

Berbagi itu indah,benar-benar indah.Dengan berbagi si pemberi atau si penerima Insya Allah sama-sama merasa senang dan bahagia.Dengan memberi Insya Allah tiada yang berkurang,melainkan justru  bisa semakin bertambah.

Berbagi itu indah,benar-benar indah.Orang yang mempunyai kelebihan bisa memberikan apa yang dimilikinya kepada orang yang kekurangan.Orang yang kekurangan bisa jadi merasa sedikit lega dan berbahagia karena ada orang yang membantunya dengan pemberian yang dibutuhkan.Antara orang yang mempunyai kelebihan dan kekurangan bisa bersinergi dalam harmoni kehidupan.

Memberi tak harus dalam bentuk materi,namun bisa juga dalam bentuk lainnya seperti dalam bentuk pendidikan,pertolongan,perhatian dan lain sebagainya.Memberi tak harus dalam berbentuk benda,karena kepunyaan dan kebutuhan setiap orang pasti berbeda.Memberi tak harus banyak,sesuai kemampuan saja dan yang penting dengan tulus dan ikhlas.Menerima dengan penuh rasa syukur dan penghargaan,tak memandang nilai pemberian dari jumlah dan harga.

Saya teringat almarhumah ibu saya dan temannya.Suatu saat ibu saya Ibu Khuriyah bercerita bahwa beliau diberi dua butir anggur oleh Nyai Hawa.Nyai Hawa saat itu sedang di rumahnya sambil memakan anggur dan merasakan anggur yang dimakannya sangat nikmat.Serta merta beliau teringat pada ibu saya dan membawa dua butir anggur ditangannya,maklum saja karena anggur yang beliau miliki memang tidak terlalu banyak.Dengan antusias beliau memberikan anggur itu pada ibu saya dan meminta agar segera bisa dinikmati oleh ibu saya.Setelah itu beliau pulang kembali ke rumahnya.

Tak lama kemudian Nyai Hawa kembali mendatangi ibu saya sambil meminta maaf karena beliau cuma memberi ibu saya dua butir anggur karena memang hanya ada beberapa butir yang beliau miliki.Mendengar permintaan maaf Nyai Hawa,ibu saya tertawa lebar dan semakin gembira.Ibu saya bilang beliau sangat suka menerima dua butir anggur dari Nyai Hawa tersebut karena itu bertanda bila Nyai Hawa sangat perhatian dan penuh kasih sayang dengan ibu saya.Keduanya lalu tertawa terkekeh.

Di desa saya memang ada tradisi saling memberi.Ibu saya,Nyai Hawa dan para tetangga lainnya memang terbiasa saling memberi satu sama lain,tak harus banyak dan berlebih.Bila didasari ketulusan dari  kedua belah pihak,maka semua pemberian akan sangat berarti.Indahnya berbagi,indahnya memberi.Berbagi itu memang indah,asal dibarengi ketulusan hati oleh sang pemberi dan sang penerima.

Menjadi Guru,Satu Hal Yang Membahagiakan Ayah

Menjadi Guru,Satu Hal Yang Membahagiakan Ayah

Selama ayah saya hidup,saya itu jarang sekali membuat ayah saya bahagia,apalagi membuatnya bangga.Aneka masalah dan masalah selalu saya hadirkan untuknya,terutama setelah saya lulus sekolah dan mulai bekerja.Berulang kali saya pindah kerja,berulang kali juga saya membuatnya kecewa.Berulang kali saya pindah kerja,bertambah pula beban hidupnya.Hingga usia saya mencapai 30 tahun,belum juga saya bisa membuatnya bahagia atau bangga.

Ayah saya menginginkan anak laki-lakinya menjadi ulama,termasuk saya.Tapi saya merasa bila saya tak tertarik sedikitpun untuk memjadi ulama,maklum saja,perilaku saya memang jauh sekali dari perilaku seorang ulama.Tapi untunglah,ayah saya tak memaksa,paling beliau menasehati saya dan juga mendoakan saya agar saya menjadi orang yang berguna.

Ketika pada akhirnya saya menjadi guru,ayah saya begitu bahagia.Lebih-lebih ketika beliau tahu jika saya mengajar di madrasah ibtidaiyah yang nota bene saya juga mengajarkan aneka ilmu agama seperti fiqih,quran hadist,aqidah akhlaq,tauhid,tajwid,dan ilmu agama lainnya.Dengan semangat beliau menceritakan saya dan pekerjaan saya ini kepada banyak orang.Saya menjadi guru,adalah satu hal yang membahagiakan ayah.

Saat ayah masih hidup beliau berpesan agar saya mempertahankan profesi saya untuk mengajar di madrasah ibtidaiyah.Makanya dengan sekuat tenaga saya mencoba memenuhi amanatnya.Tapi apa boleh buat,karena berbagai alasan akhirnya saya harus meninggalkan sekolah yang berbasis agama tersebut.Tapi syukurlah,walau tak lagi mengajar di madrasah ibtidaiyah,sampai saat ini saya masih mengajar walau harus mengajar di sekolah yang berbeda.

Sebisa mungkin saya akan mempertahankan profesi guru ini,karena dengan menjadi guru saya berharap agar ayah bahagia,walau kini beliau telah tiada.

Rabu, 03 Februari 2016

Surat Al Ikhlas Dan Tahlil,Penyelamatku Dari Kemurtadan

Surat Al Ikhlas Dan Tahlil,Penyelamatku Dari Kemurtadan

Pergaulan.Ternyata benar ketika bergaul itu kita perlu memilah-milih teman yang cocok untuk kita jadikan teman.Salah berteman bisa fatal akibatnya.Maklum saja,tidak semua teman berperilaku baik dan tidak semua teman mengajak kepada kebaikan.Itulah yang sudah saya rasakan saat muda dulu.

Berteman dengan siapa saja mungkin tak jadi masalah,justru malah memang harus berteman dengan siapa saja agar bisa mengajak kepada kebaikan.Itu semua untuk yang keimanan,ketaqwaan dan keilmuannya lumayan mumpuni.Bagi mereka tidak terlalu menjadi masalah berteman dengan siapapun,karena mereka justru akan mengajak kepada kebaikan,memberikan ilmu atau sesuatu yang berguna lainnya untuk orang lain.

Tapi bagi kita yang keimanan,ketaqwaan dan keilmuannya kurang atau  tidak mumpuni,pilih-pilih dalam berteman itu suatu keharusan.Karena tak jarang justru kita yang akan terpengaruh oleh teman-teman kita.Mending kalau teman-teman kita mengajak kepada kebaikan,kalau mengajak pada keburukan itu akan berbahaya.Itu semua yang sudah terjadi pada saya,dan juga mungkin terjadi pada banyak orang lainnya.

Salah memilih teman hingga membawa kepada kemudhorotan,itu yang pernah saya alami.Makanya di sini saya ingin berbagi pengalaman saya agar kita hati-hati dalam berteman.Karena teman-teman saya sebagaian ada yang membawa pada keburukan,saya juga hampir terseret dalam jurang kemaksiatan.

Hari dan waktu berlalu.Saat itu saya semakin jauh dengan Tuhan.Bahkan semakin hari saya hampir terjerat menjadi seorang yang murtad.Tapi Alhamdulillah,akhirnya saya disadarkan oleh banyak kejadian dan pada akhirnya saya diselamatkan oleh Allah swt dari kemurtadan.Saat itu saya teringat akan surat Al Ikhlas dan juga tahlil yang mengesakan Tuhan Yang Satu,yaitu Allah swt.Dari situ saya tersadar dan kembali kepada ajaran yang benar.

Berteman memang harus pilih-pilih,terutama untuk kita yang masih lemah imannya,belum terlalu kuat taqwanya dan terbatas keilmuanya.Tapi bukan pilih-pilih teman karena tampang,penampilan,kekayaan,atau juga karena hal-hal lain yang hanya bersifat keduniawian.

Selasa, 02 Februari 2016

Saat Harus Mengajar Tiga Mata Pelajaran

Saat Harus Mengajar Tiga Mata Pelajaran

Bulan-bulan ini adalah bulan yang begitu sibuk dan melelahkan untuk saya.Bagaimana tidak,belakangan ini saya harus mengajar banyak kelas di sebuah sekolah menengah atas.Semua karena ada guru yang mengundurkan diri di tengah jalan sementara pembelajaran harus tetap berjalan.Karena darurat dan tak sempat mencari guru lain,maka saya diberikan mandat untuk menggantikan guru tersebut mengajar mata pelajaran yang diajarnya,yaitu Sbk.

Akhirnya selain mengajar bahasa Inggris dan Jepang saya mengajar Sbk juga.Jam banyak,kelasnya banyak,beberapa kelas harus berbarengan.Benar-benar melelahkan badan dan fikiran.Tapi semuanya harus saya jalankan.Ini adalah kepercayaan yang begitu besar untuk saya,jadi saya harus menjalaninya dengan sebaik mungkin.

Mengajar tiga mata pelajaran sekaligus bukanlah hal yang gampang,apalagi untuk sekolah menengah tingkat atas.Otak ini harus benar-benar bekerja ekstra keras,mengingat aneka ilmu dan pengetahuan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lainnya.Baru saja selesai mengajar bahasa Inggris,saya sudah harus berganti mengajar bahasa Jepang dan Sbk.

Walau lelah saya tetap harus bersyukur dan menjalaninya dengan ikhlas.Semua bukan karena uang yang akan saya dapat bertambah,tetapi karena ilmu yang saya miliki bisa saya manfaatkan secara maksimal.Ternyata ilmu yang saya miliki ini akhirnya bisa saya gunakan dengan baik dan bisa bermanfaat untuk banyak orang,sesuatu yang tak pernah saya fikirkan sebelumnya.

Semoga nanti ada guru lain sebagai guru pengganti yang mengundurkan diri,sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik dan tanpa harus kekurangan jam belajar karena gurunya harus mengajar di dua kelas sekaligus.

Senin, 01 Februari 2016

Edisi Bingung 1 : Mau Terus Mengajar Atau Berhenti

Edisi Bingung 1 : Mau Terus Mengajar Atau Berhenti

Edisi kali ini saya mau menulis tentang edisi khusus bingung,edisi dimana saya sedang bingung,apakah saya mau terus mengajar atau berhenti saja?.

Mau terus mengajar atau berhenti?.Pertanyaan ini sering sekali terjadi pada diri saya saat saya berprofesi sebagai guru.Berulang dan terus berulang.Ya,mau terus mengajar atau berhenri saja?.

Saat menulis tulisan ini saya juga dalam keadaan sedikit bingung.Mau terus mengajar rasanya sungkan sekali,karena memang dari dulu saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang guru.Mau berhenti juga rasanya tak mungkin,karena teringat amanat ayah yang meminta saya untuk terus mengajar.Selain itu juga saya sudah mulai cinta sama anak-anak didik saya.

Ketika bingung saya hanya bisa merenung.Saya mengingat kembali wajah ayah yang begitu sumringah ketika mendengar saya sudah jadi guru,sebuah profesi yang sangat dibanggakan olehnya.Bagaimana mungkin saya mau mengecewakannya?.Hanya itu yang sempat saya lakukan untuk membuat ayah bahagia selama masa hidupnya.

Ketika bingung saya kembali mengingat apa yang sudah saya dapatkan dengan profesi sebagai guru ini.Tak banyak orang yang mendapatkan kesempatan dan kepercayaan seperti yang saya dapatkan.Bagaimana mungkin,saya yang hanya berbekal kemampuan yang saya miliki ini mengajar di banyak sekolah tanpa harus melamar atau mencari-cari lowongan seperti calon guru lainnya.Ketika mengajar di sekolah negri juga saya tak harus menggunakan koneksi atau menggunakan surat sakti,semua datang begitu saja tanpa pernah saya rencanakan.

Ternyata banyak sekali kemudahan yang saya dapatkan saat saya menjadi guru.Saya mendapatkan kesempatan dan kepercayaan yang begitu besar,jadi saya harus menjalaninya dengan baik dan benar.Di pundak saya ada tanggung jawab yang begitu besar,yaitu anak-anak didik yang telah dipercayakan kepada saya untuk diajar dan dididik dengan ilmu dan pengalaman yang saya miliki.

Bingung,pergilah kau,agar saya bisa menjalani profesi sebagai guru ini dengan tenang.Bingung,enyahlah kau,agar saya bisa menebarkan ilmu yang saya miliki ini tanpa rasa ragu lagi.Bingung,pergilah kau,agar saya tak pergi meninggalkan anak-anak yang mulai saya cintai.

Mbah Raden Ardisela (8)

Mbah Raden Ardisela dan Asal-Usul Nama Desa Tuk Karangsuwung

Namanya Desa Tuk Karangsuwung,letaknya ada di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.Desa ini dulunya adalah desa yang merupakan bagian dari wilayah Desa Karang Suwung Kecamatan Karang Sembung.Sekitar tahun 1980 an,Desa Tuk Karangsuwung ini dimekarkan dari desa induknya.Karena lebih dekat dengan Kecamatan Lemahabang,maka Desa Tuk Karangsuwung ini akhirnya dimasukkan ke dalam wilayah Kecamatan Lemahabang.

Nama Tuk ini berawal dari kisah Mbah Raden Ardisela yang membuat sebuah tempat air untuk berwudu dan keperluan lainnya.Saat itu memang bukan perkara mudah untuk membuat sumur sehingga banyak orang yang pergi ke sumber mata air untuk memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan air.Karena menyadari akan pentingnya air bagi kebutuhan orang banyak,maka Mbah Raden Ardiselapun berusaha mencari sumber mata air yang bersih dan aman untuk kebutuhan sehari-hari yang bisa digunakan oleh orang banyak.

Setelah melalui istikhoroh dan serangkaian do'a dan ibadah lainnya guna meminta petunjuk pada Allah swt,akhirnya Mbah Raden Ardisela mendapatkan keyakinan untuk membuat sebuah kolam.Kolam yang dibuat oleh Mbah Ardisela hanya sebuah kolam kecil dan tidak terlalu dalam.Kolam tersebut akhirnya terisi air yang keluar dari sela-sela bebatuan dan pepohonan.Air yang keluar tersebut mengalir deras dan jernih sekali,karena jernihnya air tersebut maka tak jarang membuat banyak orang yang berani langsung meminumnya tanpa dimasak terlebih dahulu.

Sumber air yang keluar dari celah-celah bebatuan dan pepohonan dalam bahasa Cirebon disebut tuk (sumber mata air).Dari sinilah akhirnya nama Desa Tuk diambil.Karena desa ini semula masuk ke dalam wilayah Desa Karangsuwung,maka nama Desa Tuk ketika dimekarkan dari desa induknya tetap disertai nama desa sebelumnya.Maka desa ini akhirnya  dinamakan Desa Tuk Karangsuwung.

Kolam peninggalan Mbah Raden Ardisela tersebut sampai sekarang masih ada dan masih digunakan oleh banyak orang.Letaknya berada di areal Masjid Al Karomah atau masjid Mbah Raden Ardisela.Namun kolam tersebut sekarang ini bukan lagi digunakan sebagai tempat wudhu tapi sebagai kolam yang airnya digunakan untuk kebutuhan tertentu.Air kolam kecil ini dipercaya bisa untuk mengobati aneka penyakit seperti anak rewel,susah berjalan,sulit bicara dan lain sebagainya.Kolam kecil tersebut sekarang lebih dikenal dengan sebutan Muara Bengkeng.

Kiai Ardisela (10)

Kiai Ardisela,Guru Para 'Laskar Ardisela' (10)

Mengapa Kiai Ardisela Suka Berdakwah Secara Berpindah?

Kiai Ardisela adalah seorang ulama yang gigih dalam mengajarkan ilmu agama di era tahun 1700 an hingga tahun 1800 an.Beliau tak kenal lelah dan menyerah,dakwah Islam yang saat itu mendapat tantangan dan rintangan dari penjajah Belanda tetap beliau laksanakan dengan sepenuh hati.

Berbeda dengan Mbah Muqoyim teman seperjuangan sekaligus kakak iparnnya yang berdakwah dengan cara mendirikan Pesantren Buntet,Kiai Ardisela lebih suka melakukan dakwah secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Hal ini tentu saja dilakukan dengan berbagai alasan dan pertimbangan.Kegiatan ini beliau lakukan sambil melakukan perang gerilya.

Mengapa Kiai Ardisela suka berdakwah secara berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya?,hal ini tak lain dikarenakan saat itu masih banyak penduduk Cirebon dan sekitarnya yang masih menganut aliran kepercayaan lain atau belum mengenal Islam secara baik.Selain itu juga  dikarenakan saat itu wilayah Cirebon dan sekitarnya masih kekurangan ulama,tak seperti sekarang ini yang sudah dengan mudah ditemui di mana-mana.

Pendidikan di era penjajahan Belanda saat itu memang menjadi barang mahal untuk sebagian masyarakat,dan yang bisa mendapat pendidikan saat itu hanya kalangan tertentu saja.Oleh karena itulah makanya Kiai Ardisela berinisiatif melakukan dakwah secara berkeliling untuk menjangkau masyarakat yang belum bisa mengakses pendidikan secara langsung.

Berbagai ilmu pengetahuan umum dan agama beliau ajarkan kepada orang-orang yang daerahnya beliau datangi.
Kebiasaan Kiai Ardisela yang suka berdakwah secara berkeliling ini pada akhirnya diikuti oleh keturunanya yang laki-laki.Tak sedikit dari mereka yang akhirnya turut berdakwah melanjutkan perjuangannya.