Senin, 08 April 2019

Kademangan Sindanglaut di Era Mbah Raden Ardisela

Kademangan Sindanglaut di Era Mbah Raden Ardisela

Sebagai wilayah kademangan,Kademangan Sindanglaut termasuk wilayah yang cukup luas.Saat dijadikan wilayah Kawedanaan (penghubung antara kantor camat dan bupati),Kawedanaan Sindanglaut meliputi Kecamatan Lemahabang,Karangsembung dan Astanajapura.Sementara itu Kecamatan Lemahabang di mana Kawedanaan Sindanglaut berada meliputi beberapa wilayah yang sekarang ini sudah  menjadi kecamatan sendiri karena sudah terjadi pemekaran,yaitu Kecamatan Lemahabang,Kecamatan Sedong (perbatasan Cirebon dan Kuningan),dan Kecamatan Susukan Lebak.

Era tahun 1700 an akhir,Sindanglaut yang sudah berdiri sejak era Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati ini termasuk ke dalam daerah yang tidak terlalu ramai.Hal ini dikarenakan Sindanglaut yang letaknya jauh dari pantai tidak terlalu mudah dijangkau oleh angkutan air yang menjadi andalan transportasi kala itu.Di akhir tahun 1700 an atau awal 1800 M,lambat laun Sindanglaut berubah dan semakin maju.Lebih-lebih ketika Mbah Raden Ardisela memimpin Kademangan Sindanglaut.

Mbah Raden Ardisela memegang jabatan untuk memimpin wilayah Cirebon bagian timur.Daerah-daerah kecil di sekitarnya biasanya akan melapor aneka hal atau masalah kepada Mbah Raden Ardisela terlebih dulu,sebelum akhirnya dilaporkan kepada Sultan Kasepuhan yang menjadi atasan dari Mbah Raden Ardisela yang bertugas sebagai pemangku wilayah atau Demang Sindanglaut.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela untuk membangun Sindanglaut di antaranya adalah melalui usaha peningkatan di bidang perekonomian dan pendidikan.Usaha peningkatan di bidang ekonomi adalah dengan cara membuka persawahan baru untuk ditanami padi atau tanaman lainnya.Selain bidang pertanian,bidang perikanan juga turut menjadi perhatian Mbah Raden Ardisela.Bidang perikanan ini tak terlepas dari hobi memancing yang sangat digemari oleh Mbah Raden Ardisela.Selain perikanan laut,perikanan darat yang dipelihara di kolam-kolam juga turut digalakkan.Mbah Raden Ardisela sendiri bahkan mencontohkannya secara langsung dengan membangun beberapa kolam ikan,seperti yang ada di Tuk Karangsuwung,Peradenan Cipeujeuh,dan Ciburuy Wangkelang,di mana ikan-ikan hasil panennya sebagian besar dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Dalam bidang pendidikan,Mbah Raden Ardisela mendorong berdirinya pesantren-pesantren dikarenakan sistem pendidikannya yang bersifat merakyat,sehingga sistem pendidikannya bisa diakses oleh semua kalangan masyarakat.Pendidikan pesantren memang berbeda dengan pendidikan yang dikelola oleh pemerintahan penjajah yang hanya diperuntukkan untuk keluarga penjajah dan segelintir kaum bangsawan saja.

Agar masyarakat merasa aman dan pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa gangguan dari penjajah,Mbah Raden Ardisela tetap mempertahankan cara berpolitiknya yang selalu berpura-pura mau bekerjasama dengan pihak penjajah.Padahal di pesantren-pesantren tersebut Mbah Raden Ardisela dan para ulama terus mengkader para santri yang siap berjuang membela negeri.

Di era Mbah Raden Ardisela ini Kademangan Sindanglaut kembali menggeliat dan berkembang dengan baik dalam bidang ekonomi maupun bidang pendidikan dan keagamaan.Hal ini tak lepas dari usaha Mbah Raden Ardisela bersama para ulama,kuwu dan tokoh masyarakat lainnya yang berada di Kademangan Sindanglaut.