Jumat, 01 Desember 2017

Guru Culun Dan 'Beskap' Fenomenal

Guru Culun Dan 'Beskap' Fenomenal

Ayah saya itu ingin sekali agar saya bisa meneruskan jejaknya untuk aktif di Keraton Kasepuhan.Katanya sebagai tanda hormat kepada leluhur yang sudah susah payah berjuang mendirikan Keraton beserta segala peraturannya.Sudah sejak lama beliau memintanya pada saya,sementara saya sendiri selalu tidak mau memenuhi permintaannya.Mana mungkin mau,sayakan paling males tampil di depan orang,walau hanya sekedar numpang lewat sekalipun,karena rasanya tidak nyaman sekali.

Semenjak kepergiannya dan semakin bertambahnya usia saya,ternyata rasa ingin memenuhi keinginan ayahpun semakin tumbuh.Tapi setelah dipikir-pikir,ujung-ujungnya saya merasa tak mungkin juga.Kenapa?,karena beliau seorang ulama sementara saya bukan.Ya,walau dulu kakek buyut dari jalur laki-laki kami adalah demang atau pejabat Kesultanan Cirebon lainnya,namun karena kakek buyut dari jalur perempuan kebanyakan adalah  ulama,maka budaya yang berbau Islam atau pesantrenpun menjadi lebih kental mewarnai hari-hari di lingkungan keluarga kami.Hingga ketika aktif di Keraton Kasepuhan pun,ayah saya memilih berada di kelompok ulama,bersama paman-paman dan keluarga besar ibu saya yang memang kebanyakan ulama menjadi ulama Keraton Kasepuhan.

Maulid kali ini saya memutuskan untuk ikut upacara muludan di Keraton Kasepuhan.Agar tetap memakai jubah ayah,saya punya ide untuk membuat jubah ayah menjadi pakaian adat atau beskap ala kadarnya yang terbilang fenomenal.Dengan ide saya yang 'enggak banget'.Jubahnya saya potong bagian bawahnya,kemudian saya jahit tangan sebisanya.Hasilnya tidak bagus,tetapi saya beranikan diri untuk memakainya di malam pelal.Yang penting akhirnya saya sudah bisa melanjutkan keinginan ayah untuk turut serta meramaikan kegiatan di keraton Kasepuhan.Saya masih tetap bisa memakai jubah yang biasa dipakai oleh para ulama Keraton Cirebon.Tapi karena saya bukan ulama,jubah itu telah berubah menjadi beskap,sebuah 'beskap' yang fenomenal.

Ketika acara Malam Panjang Jimat atau pelal di Keraton Kasepuhan,saya memamaki 'beskap' fenomenal itu dengan perasaan was-was dan sedikit canggung.Maklum saja,karena 'beskap' fenomenal yang saya pakai ini benar-benar ala kadarnya dengan kekurangan di sana-sini.Kalau yang memperhatikan dengan seksama,maka akan melihat banyak sekali kekurangan beskap saya itu.Kekurang itu dimulai dari dari potongan kainnya yang tidak rata,jahitan tangan yang tidak rapih,dan bentuk yang tidak karuan.Tapi saya tetap melangkah dengan beskap ala kadarnya itu,toh acaranya malam,jadi kekurangannya tidak terlalu terlihat.Namanya juga guru culun,sekali culun ya tetap culun.

Guru Culun dengan 'beskap' fenomenalnya tak boleh berhenti di tengah jalan.Akhirnya walau dengan perasaan dag dig dug saya tetap  melangkah juga,meleati ribuan pasang mata.Saat tak di depan orang saya merasa lega dan santai saja,tapi saat di depan banyak orang perasaan khawatir itu semakin menjadi-jadi.Lebih-lebih saat banyak cahaya lampu yang menyorot atau cahaya lampu kamera yang siap mengabadikan 'beskap' fenomenal yang saya pakai ini.Tapi akhirnya deretan orang-orang itu bisa saya lewati.Entahlah,apakah mereka memperhatikan 'beskap' saya yang fenomenal atau tidak,yang penting acara sudah saya ikuti hingga selesai.