Mbah Raden Ardisela,dari Kasepuhan Melawan Penjajah
Mbah Raden Ardisela,demikian orang-orang sekarang menyebut nama seorang pemimpin,ulama sekaligus pejuang yang merupakan murid sekaligus teman seperjuangan Mbah Muqoyim pendiri Pesantren Buntet ini.Nama waktu kecilnya adalah Raden Rustam. Setelah dewasa beliau lebih dikenal dengan sebutan nama Raden Ardisela,dan tak sedikit juga orang yang menyebutnya dengan sebutan Pangeran Ardisela.Nama lahirnya adalah Raden Rustam dan beliau merupakan keturunan keenam dari Panembahan Girilaya dari istri yang bukan permaisuri.Panembahan Girilaya tak lain adalah Sultan terakhir Kerajaan Cirebon sebelum terbagi dua.
Mbah Raden Ardisela diperkirakan lahir sekitar tahun 1770 M,sementara di sebuah catatan lain ada yang memperkirakan jika beliau lahir sekitar tahun 1758 M.Saat beliau hidup,Kesultanan Cirebon sudah terbagi dua yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.Walau Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman masih bersaudara dan Mbah Raden Ardisela bisa dekat dengan kedua kesultanan tersebut,namun Mbah Raden Ardsela lebih banyak berhubungan dengan Keraton Kasepuhan.Hal ini selain karena terkait masalah tempat tinggal juga terkait masalah pekerjaan yang saat itu sedang dilaksanakannya sebagai seorang kepala suatu wilayah di Cirebon,yang memang berada di bawah otoritas Keraton Kasepuhan.
Mbah Raden Ardisela adalah seorang pemimpin suatu wilayah di Sindang Laut dan sekitarnya,ulama sekaligus pejuang.Beliau dikenal sebagai seorang yang pandai,pemberani dan sakti mandra guna.Beliau hidup pada masa penjajahan Belanda yang saat itu sedang menguasai Cirebon dan juga Nusantara.
Saat itu Kesultanan Kasepuhan adalah termasuk Kesultanan yang bekerja sama dengan Penjajah Belanda.Menyaksikan sendiri bagaimana campur tangan Belanda terhadap kehidupan dan aturan di Keraton Kasepuhan,akhirnya membuat Mbah Raden Ardisela membenci penjajah Belanda.Lebih-lebih ketika beliau tahu jika Penjajah Belanda sering berbuat semena-mena kepada rakyat banyak,maka semakin bencilah Mbah Raden Ardisela kepada Penjajah Belanda.
Perlawanan demi perlawanan mulai dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela bersama teman-teman seperjuangannya demi mengusir penjajah Belanda dari tanah Cirebon dan juga Nusantara.Beliau melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda bersama-sama rakyat,ulama,santri dan juga keturunan Kesultanan Cirebon lainnya yang juga menentang campur tangan dan kekejaman Penjajah Belanda.
Beberapa pertempuran yang pernah dilakukan Mbah Ardisela bersama para pejuang lainnya untuk melawan pihak Penjajah Belanda yang banyak diketahui adalah pertempuran santri yang terjadi di Pesawahan ketika Penjajah Belanda hendak menangkap Mbah Muqoyim,Perang Kedondong yang terjadi dalam waktu lama hingga merugikan pihak penjajah Belanda dengan kerugian yang tidak sedikit,dan lain sebagainya.
Berjuang dan berdakwah memang hal biasa yang dilakukan oleh para keturunan Syekh Syarif Hidayatullah atau yang biasa disebut Sunan Gunung Jati saat Belanda,Inggris hingga penjajahan Jepang berlangsung.Begitu pula halnya dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela,yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati ke sepuluh.
Dari Kasepuhan melawan Penjajah Belanda,itulah yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela demi menjalankan dan melanjutkan misi dakwah di bumi tercinta.Beliau berjuang demi kebaikan dan demi kemaslahatan bersama.