Senin, 25 Januari 2016

Kiai Raden Raksa Bin Kiai Raden Rangga Nitipraja

Kiai Raden Raksa Bin Kiai Raden Rangga Nitipraja

Raden Raksa adalah putra dari Raden Rangga Nitipraja dan Nyi Mas Arisy.Beliau adalah cucu dari Mbah Raden Ardisela dari purtrinya yang bernama Nyi Mas Arisy.Beliau diperkirakan lahir sekitar tahun 1830 M di Desa Tuk Karangsuwung.Beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara,yaitu Raden Raksa,Raden Pali/Fali,Nyi Raden Ayu,Raden Sulaiman dan Nyi Raden Kuning.

Sama seperti keturunan pejabat atau ulama asal keraton pada umumnya,saat itu Raden Raksa juga mendapat pendidikan umum juga agama Islam yang ketat dari kedua orangtuanya.Walau ayahnya adalah seorang pejabat kademangan (setingkat kawedanaan),namun beliau tidak dimanjakan dengan aneka kesenangan.Pendidikan keagamaan tetap menjadi nomer satu yang diajarkan oleh ayah dan ibunya.Hal ini dimaksudkan agar nantinya beliau cakap dalam bidang pekerjaan dan juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah besar,Raden Raksa tumbuh menjadi pemuda yang paham akan ilmu agama dan menjadi seorang pejabat di Keraton Kasepuhan dan ulama,mengikuti jejak Mbah Raden Ardisela kakeknya dan juga Raden Rangga Nitipraja ayahnya.Beliau sama seperti leluhurnya terdahulu,yaitu dikenal sebagai seorang pejabat,ulama dan pejuang.

Saat dewasa Kiai Raden Raksa menikah dengan Nyi Masufrah,putri dari Mbah Kiai Ta'rif dari Pesantren Pemijen Desa Asem.Dari perkawinanya inilah Raden Raksa dikarunia tujuh orang anak yaitu Nyi Raden Fatmah,Nyi Raden Ratna,Nyi Raden Sulamah,Nyi Raden Garmini/Garawati,Raden Abdullah,Nyi Raden Aminah,dan Nyi Raden Aisyah.

Raden Raksa mendidik semua putra dan putrinya dengan pendidikan agama yang cukup ketat.Anak laki-lakinya yang hanya satu yang bernama Raden Abdullah meneruskan jejaknya berdakwah,bahkan tak hanya di Cirebon namun hingga ke daerah Indramayu dan Subang.Sementara itu anak-anak perempuannya ada yang menikah dengan anak dari keturunan keraton Kanoman,keturunan habib dan anak-anak kiai dari Pesantren Buntet dan Benda yang akhirnya melahirkan ulama-ulama yang juga meneruskan perjuangannya dalam berdakwah.