Senin, 04 April 2016

Guru Culun Tak Dapat Tebengan Saat Mengawas Ujian Nasional

Guru Culun Tak Dapat Tebengan Saat Mengawas Ujian Naaional

Mengawas UN alias ujian nasional itu sebenarnya asyik,karena untuk  sementara kegiatan belajar mengajar libur,mengawas di sekolah lain dengan suasana baru,dan yang terpenting setelah mengawas ujian nasional akan mendapat uang lelah yang bisa digunakan untuk jalan-jalan atau belanja-belanji.He he,duiiiiit saja yang dipikirkan ya,manusia-manusia.

Hampir tiap tahun saya mengawas ujian nasional,selalu bahagia yang saya dapatkan.Hampir tak ada duka sama sekali.Pagi berangkat kadang ada yang nawarin tebengan,siang pulang ngawas juga terkadang ada yang nawarin tebengan.Kalaupun tak ada tebengan juga tidak apa-apa,yang penting sekolah tempat mengawas letaknya tidak terlalu jauh,atau walau jauh juga tak mengapa yang penting angkutannya mudah dan tidak terlalu banyak mengeluarkan ongkos untuk sampai ke tempat mengawas.Dengan demikian masih ada uang tersisa yang bisa dibuat suka-suka untuk menambah rasa bahagia (he he,maklum,guru honorkan pendapatannya terbatas,jadi kalau dapat uang tambahan itu senangnya berkali lipat).

Tapi oh tapi,untuk mengawas ujian nasional kali ini saya tak banyak mendapat kebahagiaan.Mengapa?,pertama karena saya mengawas di sekolah yang lumayan jauh dari rumah.Kedua angkutannya agak susah sementara kalau berjalan lumayan jauh.Dan ketiga tak ada teman yang memberi saya tebengan.Ketiga hal itu benar-benar membuat saya sedih.Tapi Alhamdulillah,semua tidak jadi masalah yang besar untuk saya karena saya masih punya uang untuk bayar angkot dan ojek.Walau agak lama sedikit yang penting dapat kendaraan umum yang mau mengantarkan dan menjemput saya ke dan dari sekolah tempat saya mengawas.

Tapi oh tapi,apakah tak ada teman dari satu sekolah tempat saya mengajar yang mengawas di sekolah yang sama?.Jawabannya ada,tapi tak ada satupun teman yang menawarkan diri untuk memberi tebengan pada saya.Ada yang menawarkan tapi wanita,ya otomatis tidak saya terima karena itu terlarang.(He he,kan lucu kalau saya dibonceng sama teman wanita).Lalu,kenapa saya tidak minta tebengan saja?,semua karena saya merasa sungkan dan juga berprinsip selagi saya bisa saya tak mau meminta.Jadi kalau saya masih bisa bayar angkutan,kenapa saya mesti meminta-minta tumpangan alias nebeng?,apalagi sudah keluar kata-kata keberatan dari teman-teman saya tersebut sejakmawal.He he,pokoknya de ge alias derita gue lah.

Tak ada yang memberi tebengan juga tidak apa-apa,yang penting ada uang untuk membayar angkutan.Makanya saya kalau disuruh memilih diberi uang atau diberi teman,saya akan lebih memilih diberi uang dari pada diberi teman.Kenapa?,kalau diberi uang saya bisa melakukan banyak hal seperti yang saya lakukan sekarang ini.Kalau diberi teman sementara temannya tak seperti yang diharapkan kan nyesek juga,seperti yang saya alami sekarang ini.

Dengan kejadian ini saya juga tak perlu marah atau benci pada teman yang tak memberi saya tebengan.Positif thinking saja,mungkin dia lelah dan punya urisan lain.Yang penting saya masih bisa pergi ke tempat mengawas dan pulang dari tempat mengawas dengan selamat.Saya ambil sisi positifnya saja,semoga saya menjadi orang yang lebih perduli pada orang lain dan bisa berbuat lebih baik lagi.(He he,beginilah nasib guru culun yang sudah tidak bisa lagi membawa kendaraan karena aneka penyakit jiwa dan raga yang dideritanya,kata orang de ge alias derita gue).

*He he,hari pertama saya diantarkan oleh Pak Satpam Komplek yang baik hati dan mau menolong.Pak Satpam sekolah yang bertanya pada saya kenapa saya tidak ikut teman saya cuma saya jawab bila arah kami berbeda.

*Hari kedua mengawas ujian nasional ternyata pulangnya saya ditawarin tebengan juga.Alhamdulillah,seorang anak SMA tempat saya mengawas mau mengantarkan saya.

*Hari ketiga,ternyata saat saya di depan pintu sekolah,pas sekali bersamaan dengan teman saya yang baru mau keluar dari parkiran motor.Satpam sekolah yang begitu perduli menyarankan saya untuk ikut teman saya.What?,he he,Pak Satpam itu memang tidak tahu kalau dari awal saya ngawas teman saya itu memang tidak mau memberi tumpangan pada saya.Diapun berteriak agar saya mau ikut dengan teman saya.Ketika teman saya menawarkan tebengan pada  saya untuk ikut dengannya,dengan tegas saya menolak.He he,sudah hari terakhir,jadi saya sudah tahu seluk beluk daerah itu,mending saya cari ojek saja.

Akhirnya saya menuju kantor kecamatan yang kata Pak Satpam sekolah sering ada tukang ojek di sana.Ketika saya sedang duduk menunggu ojek,seorang ibu menawarkan tumpangannya pada saya,konon beliau tawarkan itu karena beliau juga pernah merasakan hal yang sama seperti saya.Tapi dengan halus saya menolaknya,tidak enak rasanya kalau saya menumpang motor sama ibu-ibu.Seorang bapak yang sedang mengurus surat juga menawarkan tumpangan pada saya,tapi harus menunggu sampai selesai urusannya terlebih dahulu.Karena tak lama datang tukang ojek,maka akhirnya saya lebih memilih naik ojek saja.

He he,Selesai sudah tugas saya mengawas ujian nasional yang penuh cerita indah ini.Dari sini saya belajar banyak hal,antara lain agar saya tak perlu takut sendiri,jangan terlalu menggantungkan hidup pada orang lain dan agar saya belajar terus untuk perduli pada sesama.Tuhan Maha Kasih,Tuhan Maha Sayang,Dia menciptakan banyak orang baik di dunia ini,jadi jangan takut akan kekurangan orang-orang baik.

Untuk orang-orang yang terkait dengan cerita ini,saya mohon maaf bila cerita ini saya tulis.He he,peace please!,damai ya,jangan marah-marah,semoga saya tidak menyusahkan banyak orang lagi.