Kamis, 29 Oktober 2015

Bali,Sahabat Sejati Dan Do'a

Bali,Sahabat Sejati Dan Do'a

Sahabat sejati pernah saya temukan saat saya mencoba mengadu nasib di Bali,sekitar tahun 1997-1998 saat saya berumur 22 tahun.Persahabatan yang tidak terlalu lama tapi begitu berkesan dan tak bisa terlupakan.Bertemu beberapa orang sahabat yang berbeda latar belakang suku,budaya juga agama.Persahabatan yang selalu membekas sepanjang umur hidup saya.

Sahabat sejatiku yang pertama adalah Supriyadi.Saya lupa dari mana  asalnya,yang jelas dia berasal dari Jawa Timur.Dia adalah mahasiswa STIKIP Singaraja Bali.Pertemuan kami berdua terjadi di sebuah masjid yang letaknya tak begitu jauh dari terminal Kota Singaraja atau Buleleng.Saat itu saya yang baru menginjakkan kaki di Bali merasa kebingungan.Untunglah ada Supriyadi,pria hitam manis yang berhati begitu putih.

Saat saya terduduk di sebuah masjid sambil merenung karena kebingungan,Supriyadi mendatangi saya dan bertanya tentang apa yang terjadi.Walau tak mengenal saya,dia langsung percaya dan menolong dengan begitu tulusnya.Dia mengajak saya menginap beberapa hari di kostannya sambil saya menyusun rencana selama di Bali,pulau yang saat itu masih asing sekali bagi saya.

Beberapa hari menginap di kostannya adalah sesuatu yang menyenangkan.Dengan baik dia menjamu saya namun selalu menolak uang pemberian saya.Saat itu saya tinggal di kostannya menjelang Idul Adha.Bersama dia sayapun pergi ke lapangan Buleleng untuk mengikuti sholat Idul Adha.Saat tak tak ada kegiatan dia mengajak saya berkeliling kota dan salah satu tempat yang tidak pernah saya lupakan adalah Pantai Lovina yang saat itu belum terlalu terkenal.Setiap saya membaca atau menonton tayangan tentang Pantai Lovina yang banyak terdapat lumba-lumbanya itu,saya selalu ingat akan Supriyadi,sahabat sejati yang dengan tulus ikhlas menolong saya.

Ketika saya pergi ke Denpasar dan Badung untuk melanjutkan perjalanan,tas saya yang saya bawa dari Jakarta saya titipkan di kosannya dan baru saya ambil beberapa minggu setelah saya mendapat tempat tinggal yang tetap di dekat Pantai Kuta.Saat itu komunikasi terjalin dengan baik dan sesekali saya mengunjunginya saat libur kerja.

Sahabat sejatiku yang kedua adalah Slamet,pria asal Madura yang menjadi tempat berbagi cerita dan bertukar fikiran.Baru beberapa hari saja bertemu,kami berdua sudah akrab.Saat itu kami dipertemukan sebagai pedagang dan pembeli.Saya yang suka membaca koran membeli koran yang dijual Slamet dan langsung berbincang tentang banyak hal.Sejak saat itu kami menjadi akrab dan sering sekali mengobrol di lapak korannya yang sederhana.Beberapa kali saya sempat main ke kontrakannya di kawasan Tuban,tak jauh dari Bandara Ngurah Rai.

Suatu hari saya yang kehilangan pekerjaan dan tak punya uang untuk makan akhirnya menjaminkan tape recorder saya ke warung nasi di Pasar Kuta.Untuk menebusnya akhirnya saya meminta tolong Slamet untuk meminjamkan uangnya agar saya bisa menebus kembali barang berharga milik saya itu.Walau dia tak tahu tempat tinggal saya,dengan ikhlas dia meminjamkan uangnya.Semula dia menolak ketika saya mau membayar hutang saya.Tapi karena saya tahu kehidupan keluarganya yang tanpa ayah dan dia menjadi tulang punggung keluarganya,sayapun akhirnya memaksa agar dia mau menerima pembayaran hutang saya itu.

Suatu hari saya yang sudah bekerja dan jarang main ke lapak korannya kedatangan Slamet yang hendak meminjam uang.Dengan senang hati saya meminjamkan uang untuknya.Saat itu dia bercerita bila dia dan keluarganya sedang dalam kesulitan keuangan.Uang yang dia pinjam tidak terlalu banyak untuk ukuran saya saat itu,hanya empat kali lipat uang yang saya pinjam darinya dulu.Karena saya ada uang lebih,akhirnya saya tidak memberinya pinjaman,tapi saya memberinya uang tanpa dia harus membayarnya lagi.Rupanya dia benar-benar kesulitan keuangan karena dia tak menolak pemberian saya,padahal yang saya tahu dia sangat anti menerima pemberian dari orang lain.

Sahabat ketiga saya adalah Andreas,pria Jawa beragama Kristen ini adalah teman kerja saat kami bekerja di sebuah rumah makan.Kami mempunyai kecocokan dalam banyak hal.Sama-sama suka musik,punya cita-cita yang tinggi dan suka belajar.Sering kali kami pergi berdua untuk jalan-jalan di seputaran Kuta,mencari kerja bersama dan kegiatan lainnya.Banyak cerita suka dan duka yang kami lalui bersama.Sesekali kami pergi ke toko kaset untuk melihat kaset dan mengobrol tentang musik kesukaan kami masing-masing.

Andreas ini lumayan tahu banyak tentang musik dan mahir bermain gitar.Sedangkan saya sendiri tak bisa bermain musik sama sekali,apalagi gitar.Tapi dia mengatakan jika saya memang kurang pas bermain gitar dan dia bilang kalau orang seperti saya lebih pantas bermain piano atau keyboard.Tapi karena perkataannya itu,ketika saya pulang ke Cirebon dan kembali merantau ke Jakarta saya akhirnya memutuskan diri untuk mengikuti pendidikan musik di sebuah sekolah musik di Jakarta.Karena ucapan Andreas itu akhirnya saya bisa bermain keyboard dan piano,yang selanjutnya juga bisa mendatangkan uang untuk saya,karena pada akhirnya saya bisa mengajar musik dan mencipta lagu.

Sejak kembali ke Cirebon dan Jakarta,saya kehilangan jejak dan kontak dengan ketiga sahabat sejati saya ini.Walau demikian,saya selalu berdo'a untuk ketiganya,ketiga sahabat sejati yang mau berbagi dalam suka dan duka.Sahabat yang selalu saling mendorong satu sama lain demi kehidupan yang lebih indah dan sejahtera.

Saya telah mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga yang tak mungkin akan saya lupa,pelajaran yang saya peroleh dari sahabat-sahabat sejati tercinta.Menolong dengan ikhlas dan tak berharap akan dibalas oleh orang yang ditolongnya.Menolong siapa saja dan tak memandang siapa orang yang ditolongnya,walaupun orang yang ditolong tidak mereka kenal.