Sabtu, 03 Oktober 2015

Guru Bau Jigong

Guru Bau Jigong

Saya ini memang guru yang penuh kekurangan.Sudah ingusan,keteknya bau,mulutnya juga bau jigong.Serius loh,bau jigong!.Sebelum jadi guru sebenarnya hal ini bukan masalah bagi saya,tapi setelah jadi guru ya jadi masalah sekali.

Lalu kenapa saya bisa bau jigong?,begini ceritanya.Semua bermula saat saya lulus sma dan merantau di Jakarta.Saya yang berusia akhir belasan tahun hingga awal dupuluhan itu suka sekali main dan pulangnya terlalu larut malam,bahkan kadang pagi atau siang.Padahal keluar dari kostannya itu mulai siang atau aore hari.Malamnya otomatis saya tidak gosok gigi.Kejadian itu berulang puluhan bahkan ratusan kali selama beberapa tahun.Padahal aneka makanan dan minuman saya konsumsi kerila saya muda dulu itu,terutama yang manis-manis.Saat itu semua masih baik-baik saja hingga saya tak menghiraukan nasehat dokter untuk menjaga kesehatan gigi.

Waktu berganti.Bulan dan tahunpun berlalu.Beberapa tahun kemudian barulah saya mengalami aneka gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan mulut dan gigi.Salah satu gigi saya berlubang dan membuat sakit yang tiada terkira.Kapok dengan perilaku buruk saya?,ternyata tidak.Bila malam habis ngobrol,nonton tv,membaca,main atau melakukan kegiatan lainnya saya kadang masih sering malas menggosok gigi.Saya pikir toh lubangnya cuma satu dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan sehari-hari saya.Bila sakit gigi datang hanya saya obati dengan obat warung juga selesai.

Semakin lama dan semakin bertambahnya usia ternyata lubang di gigi saya semakin bertambah.Tak hanya satu gigi yang berlubang,tapi sudah menjadi empat lubang gigi.Kalau cuma salah satunya saja yang menyebabkan sakit itu tidak masalah.Tapi kalau hampir semuanya sakit ya deritanya luar biasa.Semua harus saya tanggung sebagai konsekuensi akibat keteledoran dan kemalasan saya dulu.

Gigi-gigi saya yang berlubang ini tidak terlalu saya hiraukan.Paling saya beri perhatian khusus saat sakit gigi datang melanda.Saat bekerja di tempat lain yang tidak menuntut bertemu dengan banyak orang gigi berlubang ini tidak begitu bermasalah.Tapi setelah menjadi guru dan harus bertemu dengan banyak orang,gigi-gigi saya yang berlubang ini benar-benar memberi masalah,baik untuk saya maupun untuk orang lain yang berhubungan dengan saya.

Karena sering sekali sakit gigi,saya sepertinya tidak lagi bermasalah dengan sakit yang saya alami ini,kecuali bila rasa sakitnya berada di level yang sangat dahsyat sekali.Selain rasa sakit ada hal lain yang sering kali lebih saya perhatikan,yaitu masalah bau mulut saya.Mulut saya jadi bau jigong,terutama ketika gigi saya sedang bermasalah.

Saat harus mengajar dan menjelaskan di depan kelas tidak menjadi masalah bagi saya,tapi bila harus menerangkan ke anak yang tidak mengerti secara berhadapan,memeriksa hasil kerja anak satu persatu,ngobrol secara berhadapan,dan berkumpul dengan banyak orang,barulah masalahnya muncul.Banyak sekali orang yang terganggu dengan bau mulut saya ini.Di antara mereka ada yang menutup hidung,memalingkan muka secara perlahan,menjauh dan lain sebagainya.

Sebenarnya masalah ini tidak terlalu ribet dan berlarut jika saya mau datang ke dokter gigi untuk membersihkan gigi,menambal atau mencabut gigi saya yang bermasalah ini.Masalah terbesarnya adalah saya paling malas ke dokter gigi (he he,malas adalah kata lain untuk kata  takut supaya tidak kelihatan cemennya).Jadi masalah bau mulut ini belum juga terselesaikan sampai sekarang.Hingga saat ini saya tetap menjadi guru dengan mulut bau jigong.

Masa lalu sudah berlalu,yang ada tinggal penyesalan.Mudah-mudahan nanti saya punya kesempatan (keberanian) untuk menemui dokter gigi.