Muara Bengkeng
Di Desa Tuk Karangsuwung Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon terdapat sebuah situs peninggalan Mbah Raden Ardisela yang diberi nama Muara Bengkeng.Letak situs ini berada di sisi masjid dan komplek pemakaman Mbah Raden Ardisela.Semula nama situs ini adalah Muara Benteng,namun seiring bergulirnya waktu dan ditambah aneka peristiwa yang menyertainya,nama situs inipun berubah menjadi Muara Bengkeng.Ketika Sudan dibuat,Mbah Raden Ardisela meminta guru sekaligus sahabatnya untuk mendoakan muara tersebut agar keberqdaannya semakin diberkahi oleh Allah SWT.
Tak susah mencari tempat yang bernama Muara Bengkeng ini,karena lokasinya mudah dijangkau dari berbagai macam arah dan banyak orang yang mengetahuinya.Lagi pula nama Muara Bengkeng sudah menjadi nama blok di desa ini,jadi bila ingin mencari situs ini maka akan dengan mudah ditemukan.
Muara Bengkeng adalah sebuah muara atau tempat berkumpulnya air yang berasal dari mata air (tuk)yang terdapat di tempat ini.Dahulu muara ini digunakan untuk berwudu bagi orang-orang yang hendak sholat di masjid yang terdapat di samping muara.Bentuk muara ini persegi panjang dengan ukuran sekitar 3x4 meter dengan kedalaman 1 hingga 2 meter.Dahulu muara kecil ini dibatasi dengan susunan bata yang menyerupai benteng.Hal inilah yamg menyebabkan tempat ini diberi nama Muara Benteng.Menurut kisah lain,nama lokasi ini disebut Muara Bengkeng yang berarti muara atau tempat berkumpulnya air yang deras.
Setelah Mbah Raden Ardisela wafat,situs ini hampir dilupakan oleh masyarakat Tuk Karangsuwung dan sekitarnya.Hal ini dikarenakan penduduk sekitar sudah mempunyai sumur di rumah masing-masing.Namun situs ini kembali digunakan ketika ada beberapa orang yang mempunyai anak yang nakal dan belum bisa jalan yang mengambil air dari tempat ini untuk mengobati anak mereka.Karena anak yang nakal dan belum bisa jalan tersebut sembuh,akhirnya semakin banyak orang yang datang ke Muara ini.Pada akhirnya banyak orang yang menyebut tempat ini dengan sebutan Muara Bengkeng.Bengkeng sendiri merujuk pada kata yang berarti nakal,rewel atau susah diatur.
Yang pertama menggunakan air Muara Bengkeng sebagai obat adalah seorang keturunan Mbah Raden Ardisela sendiri.Ketika anaknya sakit dan rewel dan tak satupun obat yang bisa menyembuhkannya,maka dia sholat istikharah.Setelah beberapa kali sholat,dia mendapat petunjuk untuk memandikan anaknya di kolam kecil buatan Mbah Raden Ardisela.Ketika sembuh,kabarpun tersiar dari mulut ke mulut.Maka semakin banyaklah orang yang datang dengan maksud mengambil air Muara Bengkeng sebagai obat.Salah satu yang membuat sumur ini semakin berkhasiat,konon karena sumur ini juga dulunya pernah didoakan oleh Mbah Muqoyim.
Yang pertama menggunakan air Muara Bengkeng sebagai obat adalah seorang keturunan Mbah Raden Ardisela sendiri.Ketika anaknya sakit dan rewel dan tak satupun obat yang bisa menyembuhkannya,maka dia sholat istikharah.Setelah beberapa kali sholat,dia mendapat petunjuk untuk memandikan anaknya di kolam kecil buatan Mbah Raden Ardisela.Ketika sembuh,kabarpun tersiar dari mulut ke mulut.Maka semakin banyaklah orang yang datang dengan maksud mengambil air Muara Bengkeng sebagai obat.Salah satu yang membuat sumur ini semakin berkhasiat,konon karena sumur ini juga dulunya pernah didoakan oleh Mbah Muqoyim.
Sampai sekarang Muara Bengkeng masih tetap ramai dikunjungi oleh banyak orang,terutama pada hari Jum'at atau hari-hari besar Islam lainnya.Yang datang ke tempat ini tidak hanya dari Desa Tuk Karangsuwung dan sekitarnya,tapi juga dari berbagai desa di Cirebon dan luar kota Cirebon.Merekapun tidak hanya mengambil air untuk diminum atau sekadar memandikan anak untuk mengobati penyakit mereka,namun juga untuk keperluan lainnya.Saat musim hujan air Muara Bengkeng akan banyak dan dapat dengan mudah diambil dan akan surut saat musim kemarau.Walaupun kemarau berlangsung cukup lama namun air Muara Bengkeng tak pernah habis.Itu yang terjadi dari waktu ke waktu.
Situs Muara Bengkeng yang tepat berada di sisi barat pintu masuk Masjid Mbah Raden Ardisela.
Situs Muara Bengkeng yang tepat berada di sisi barat pintu masuk Masjid Mbah Raden Ardisela.