Senin, 12 Oktober 2015

K.H.R.Djunaedi Kalyubi

K.H.R. Djunaedi Kalyubi

Kiai Haji Raden Djunaedi Kalyubi,itulah nama ayahku.Nama aslinya sih simple sekali,yaitu Djunaedi.Nama di ijazah,ktp,surat tanah dan surat-surat berharga lainnya juga hanya tertulis Djunaedi,tanpa embel-embel atau nama tambahan lainnya.Kenapa sih semua gelar di depannya mesti dipakai?,semua ada ceritanya.

Nama Djunaedi di Desa Tuk Karangsuwung dan Lemahabang Kabupaten Cirebon itu banyak sekali,mungkin lebih dari sepuluh.Mulai dari anak kecil sampai orang tua,semua ada.Sering sekali ada orang yang nyasar ke rumah atau orang yang mau ke rumah malah nyasar ke rumah Djunaedi yang lain.Hal inilah yang melatar belakangi ayah saya suka merendengkan semua sebutan gelar di depannya.

Di desaku ada dua orang yang berprofesi sebagai guru.Kalau ada yang mencari Djunaedi guru,maka langsung tertuju pada ayahku,padahal yang dicari adalah Djunaedi yang lain yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Edi.Saat mencari Djunaedi yang ulama,ustadz atau kiai maka orang-orang akan menunjukkan ayahku atau menunjukkan K.H. Djunaedi yang tinggal di Lemahabang yang sama-sama dikenal sebagai ulama.Begitu juga kalau yang disebut Haji Djunaedi,karena dua Djunaedi yang kiai itu sama-sama pernah pergi haji juga.Kalau cuma menanyakan Djunaedi di desa Tuk Karangsuwung otomatis orang-orang menunjukkan ke ayahku,karena dari beberapa orang dengan nama Djunaedi,nama ayahku yang paling beken di antara Djunaedi yang lain.

Karena kejadian sering salah orang,salah alamat,salah kirim dan salah rumah itulah makanya ayahku lebih suka menambahkan gelar Raden di depan namanya.Jadi orang-orang dari luar desa yang belum tahu rumah ayahku kalau hendak mencari ayahku ya menggunakan nama Raden Djunaedi.Nama lain yang sering digunakan ketika mengisi pengajian adalah Kiai Haji Raden Djunaedi.Setelah menggunakan nama lengkap dengan gelar itulah orang-orang tak lagi salah ketika mau bertemu atau bertamu ke rumah ayahku.

Terakhir sebagai penghormatan kepada ayahnya ayahku alias kakekku,ayahku menambahkan nama Kalyubi di belakang namanya.Maka jadilah nama lengkap ayahku secara tak resmi disebut dengan nama Kiai Haji Raden Djunaedi Kalyubi.Sejak saat itu jarang orang yang nyasar ke rumah orang lain saat mencari ayahku.Kalaupun ada orang nyasar itu adalah orang yang mencari Djunaedi lain yang mendatangi rumah ayahku.

Lalu,siapa sih Djunaedi Kalyubi yang satu ini?.Ayahku adalah seorang guru agama di sekolah dasar.Terakhir beliau menjabat sebagai kepala sekolah madrasah ibtidaiyah di Desa Tukkarangsuwung.Selain sebagai guru,ayahku juga berwirausaha kecil-kecilan dengan menjual aneka kain,minyak wangi,beras karungan,dan lain-lain.

Hampir setiap minggu ayahku ini mengisi pengajian di beberapa tempat di Desa Tuk Karangsuwung,Blender,Gebang,Sindang Laut,Keraton Kasepuhan Cirebon,Indramayu dan beberapa tempat lainnya.Di masjid desa tempat kami tinggal,ayahku tidak pernah diberi kesempatan untuk berkhutbah atau menjadi imam masjid pada hari Jum'at.Ayahku justru sering berkhutbah dan menjadi imam di tempat lain,salah satunya adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.Di Keraton Kasepuhan inilah ayahku dipercaya sebagai penghulu atau ketua ulama Keraton Kasepuhan Cirebon yang harus memimpin masjid dan aneka kegiatan keislaman lainnya di lingkungan keraton.

Ketika menikah dengan ibuku yang bernama Zahrotul Khuriyah alias Khuriyah Binti Masduki,ayahku ini tak pernah menikah lagi.Tapi ketika ibuku sudah meninggal ayahku beberapa kali menikah lagi.Pertama dengan Ibu Rubiah asal Indramayu dan kedua dengan Ibu Umi Kuningan.Di pernikahan kedua dan ketiga ini ayahku tidak dikaruniai anak,maklum saat menikah ayah dan istri-istrinya itu sudah pada tua.Jadi ayahku hanya mempunyai anak dari ibuku saja,yaitu Siti Maesaroh yang cantik jelita,Siti Saodah yang cantik tapi meninggal semenjak bayi,Ratna Fatonah yang kecantikannya menggoda,Ahmad Jawahir yang tampan dan pintar ilmu agama,Ghufron Amin (ini adalah nama orang yang nulis,yang jelas orangnya baik dan penuh kasih sayang.Suka ngaku tampan tapi pengakuan sepihak saja),Maulana Imron yang tampan dan banyak dikagumi para wanita,dan terakhir adalah Tuti Alawiyah yang kecantikannya sudah melanglang buana.