Minggu, 21 Januari 2018

Mbah Raden Ardisela,Antara Karangsuwung,Sindanglaut dan Tuk Karangsuwung

Mbah Raden Ardisela,Antara Karangsuwung ,Sindanglaut dan Tuk Karangsuwung

Karangsuwung adalah pedukuhan baru yang dibuka oleh Mbah Raden Ardisela setelah beliau belajar aneka ilmu di Dawuan Sela dan pergi ke Gunung Ciremai untuk beruzlah atau mengasingkan diri.Lambat laun semakin banyak orang yang datang ke Karangsuwung,dan Karangsuwungpun akhirnya menjadi semakin ramai.Tempat yang semula angker itu sudah tidak menakutkan lagi.

Suatu saat di daerah Sindanglaut ada gerombolan orang yang suka mengacau dan mengganggu masyarakat.Pihak Keraton Kasepuhan yang mendengar kejadian itu akhirnya berusaha menangkap mereka.Namun ternyata tidak mudah untuk meringkus para penjahat itu,maka pihak Keraton pun memberikan pengumuman,barang siapa yang bisa menumpas para penjahat itu maka akan diberikan tanah yang nanti akan dibebaskan pajaknya.

Mengetahui bila di Sindanglaut ada orang-orang yang suka mengganggu masyarakat,maka Mbah Raden Ardisela mencoba mendatangi mereka untuk memberi peringatan.Namun bukannya didengar,mereka justru menantang Mbah Raden Ardisela.Pertarunganpun terjadi.Walau jumlah mereka banyak,namun Mbah Raden Ardisela berhasil mengalahkan mereka semua dan membuat mereka sadar dan berjanji tak akan mengulangi perbuatan mereka kembali.

Sesuai janji,pihak Keraton Kasepuhanpun akhirnya memberikan sebidang tanah di sebuah wilayah yang sekarang ini letaknya berada di Tuk Karangsuwung dan tanah itu dibebaskan dari pajak.Dulu tanah Tuk yang diberikan kepada Mbah Raden Ardisela itu termasuk wilayah Sindanglaut,tapi karena beliau saat itu sedang memimpin Karangsuwung,maka tanah Tukpun akhirnya dimasukkan menjadi  bagian dari Karangsuwung.

Karena tahu jika yang mengatasi para pembuat onar di kalangan  masyarakat adalah seorang putra keturunan keraton,maka Keraton Kasepuhanpun akhirnya memberikan kepercayaan tambahan.Sultan Kasepuhan mempercayakan daerah Sindanglaut pada Mbah Raden Ardisela untuk dipimpin olehnya.Dari sini Mbah Raden Ardisela semakin dikenal oleh berbagai kalangan di Cirebon dan sekitarnya.

Karena kesibukannya lebih banyak di Sindanglaut,maka Mbah Raden Ardiselapun akhirnya memutuskan untuk pindah ke Sindanglaut.Beliaupun memutuskan untuk membangun rumah di Tuk,tepatnya di Blok Muara Bengkeng yang sekarang ini menjadi tempat pemakamannya.Sebelum diberi nama Tuk,orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan Karang Panas yang berarti tempat yang panas.Selain nama Karang Panas,nama lain dari Tuk saat itu adalah Sida Parta.Namun setelah Mbah Raden Ardisela membuat sebuah sumber air,lambat laun tempat tinggalnya itu diberi nama Tuk,yang berarti sumber mata air yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan sumber mata air Muara Bengkeng.

Karangsuwung,Sindanglaut dan Tuk Karangsuwung adalah tempat yang tak bisa dipisahkan dari Mbah Raden Ardisela,karena ketiganya mempunyai kisah yang menyimpan jejak perjuangan Mbah Raden Ardisela,selain Dawuan Sela,Buntet,dan Pesawahan (Cirebon),dan sekitar Gunung Ciremai (Kuningan),serta Indramayu.