Senin, 22 Januari 2018

Berziarah ke Makam Kiai Ardisela dan Mbah Raden Ardisela

Berziarah ke Makam Kiai Ardisela dan Mbah Raden Ardisela

Dahulu di era penjajahan Belanda hingga awal kemerdekaan Indonesia,para anggota keluarga atau keturunan kiai dari  Pesantren Buntet,Pemijen,Benda Kerep,Gedongan,dan beberapa pesantren lainnya tak hanya berziarah ke makam Mbah Raden Ardisela yang makamnya ada di Desa Tuk Karangsuwung Cirebon saja,namun juga suka berziarah ke makam Kiai Ardisela yang makamnya ada di Desa Sleman Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.Mereka kadang berjalan kaki menuju kedua makam ulama sekaligus pejuang tersebut.

Kebiasaan berziarah ke makam Kiai Ardisela di Indramayu ini diungkapkan oleh Nyai Fatimah binti Kiai Ilyas Abdussalam Pesantren Buntet,yang pernah berziarah bersama suaminya yang bernama Kiai Masduki bin Kiai Bakri Kasepuhan Cirebon.Kiai Masduki tak lain adalah cucu Kiai Abdul Jamil dari putrinya yang bernama Nyai Mu'minah.Nyai Fatimah dan Kiai Masduki melakukan ziarah ke makam Kiai Ardisela tersebut ketika keduanya baru menikah.Kejadian tersebut berlangsung kurang lebih di tahun 1947 M.Keduanya berziarah dengan cara berjalan kaki dari Kasepuhan menuju Desa Sleman di Indramayu.Selain keduanya,masih banyak orang lain yang berziarah ke makam Kiai Ardisela,terutama orang-orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan pesantren di Cirebon.

Sejalan dengan bergulirnya waktu,hanya berziarah ke makam Mbah Raden Ardisela saja yang masih dilakukan,hal ini karena makam Mbah Raden Ardisela yang berada di Cirebon mudah diakses dari manapun.Sementara itu kebiasaan berziarah ke makam Kiai Ardisela di Indramayu tidak berlanjut lagi.Para sesepuh yang dulu suka berziarah ke Indramayu tak lagi diikuti kebiasaanya oleh para keturunannya.Bahkan,sekarang ini tak sedikit yang menyangka jika makam yang ada di Indramayu hanyalah petilasan saja.

Seiring majunya zaman dan pembangunan yang terjadi di Indonesia,transportasipun semakin mudah.Namun kisah yang tidak tersampaikan dengan baik ke generasi berikutnya,adalah hal yang membuat para pemuda-pemudi keturunan para kiai pesantren dan juga para santri tak lagi melanjutkan kebiasaan berziarah ke makam Kiai Ardisela di Indramayu tersebut.Padahal,Kiai Ardisela yang makamnya di Indramayu ini adalah orang yang banyak melahirkan kiai-kiai dan pesantren-pesantren di Cirebon di era tahun 1780 an hingga awal tahun 1800 an M.

Pada akhirnya banyak orang yang menyangka jika Ardisela yang ada hubungannya dengan Mbah Muqoyim itu hanya satu orang saja.Orang-orang juga banyak yang tidak tahu akan keberadaan makam Kiai Ardisela di Indramayu tersebut.Kalaupun ada yang tahu,maka mereka menyangka jika makam Kiai Ardisela atau yang lebih dikenal dengan sebutan makam Kiai atau Buyut Ardhi Sela di Indramayu itu hanyalah petilasannya saja,dan makam Kiai Ardisela yang ada di Tuk adalah makam yang asli.Jelas ini keliru,karena sebenarnya ada dua orang dengan nama Ardisela,dan kedua makam tersebut benar berisi dengan dua orang Ardisela yang berbeda satu sama lainnya.

Kiai Ardisela dan Mbah Raden Ardisela adalah dua orang yang berbeda.Keduanya sama-sama berjasa dalam perjuangan dalam melawan Penajajah Belanda dan juga dalam Syiar Agama Islam.Bahkan,selain kedua nama Ardisela tersebut,masih ada beberapa nama Ardisela lainnya,karena nama Ardisela saat itu adalah nama kelompok dan dimiliki oleh banyak orang.