Senin, 22 Januari 2018

Keturunan Mbah Raden Ardisela di Masa Penjajahan,Antara Keraton dan Pesantren

Mbah Raden Ardisela (29)

Mbah Raden Ardisela yang mempunyai dua putri yang bernama Nyi Raden Aras dan Nyi Raden Aris,mempunyai cucu laki-laki dan perempuan.Karena dari jalur perempuan,maka para keturunannya sudah tak mau mencatatkan diri lagi ke bagian penulisan staat Keraton Kasepuhan.Bagi cucunya atau keturunanya yang laki-laki dan hendak mencatatkan silsilahnya di Keraton Kasepuhan,maka akan mengambil jalur ayahnya,yang tentu saja bukan ke Mbah Raden Ardisela.

Nyi Raden Aris yang menikah dengan sepupunya sendiri yang bernama Raden Rangga Nitipraja masih mencatatkan silsilah anak-anaknya ke Keraton Kasepuhan,karena Raden Rangga Nitipraja adalah anak dari kakak laki-lakinya yang bernama Raden Arungan,yang sama-sama putra dari Raden Demang Bratanata.Sementara Nyi Raden Aras yang menikah bukan dengan keluarga Keraton Kasepuhan tidak lagi membuat catatan silsilah dari pihak laki-laki atau staat turunan laki-laki di Keraton Kasepuhan.

Cucu Mbah Raden Ardisela diketahui banyak yang melanjutkan jejak leluhurnya,masih bekerja yang ada kaitannya dengan Kesultanan Kasepuhan.Keraton Kasepuhan memang tidak bisa lepas dari Mbah Raden Ardisela dan keturunannya,karena dari sinilah mereka semua berasal.Cucu Mbah Raden Ardisela ada juga yang melanjutkan jejaknya sebagai pemangku wilayah atau demang.Sementara cucu yang lainnya bertugas di bagian lain.

Di era cicit Mbah Raden Ardisela,tidak semua keturunannya mau bekerja yang ada kaitannya denga keraton.Tidak semua cicitnya juga yang mau mencatatkan diri ke keraton dan dibukukan dalam lembaran silsilah yang biasa disebut staat dengan alasan keamanan.Saat itu tak sedikit cicit Mbah Raden Ardisela yang menjadi incaran penjajah untuk dipenjarakan atau dibunuh.Hal ini terjadi karena banyak dari cicit Mbah Raden Ardisela yang sudah mulai terang-terangan melawan penjajah.

Selain kepada keraton,perhatian para keturunan Mbah Raden Ardisela terhadap pesantren juga tidak mengendur.Para anak,cucu dan keturunan Mbah Raden Ardisela ini tetap perduli pada pengembangan ajaran Islam.Bagi yang mampu dalam bidang agama,maka mereka akan terjun sebagai guru atau ulama di samping menekuni bidang pekerjaan lainnya.Bagi yang tidak terlalu pandai dalam bidang agama mereka biasanya perduli pada pengadaan sarana dan prasarana ibadah dan lembaga pendidikan.

Di Tuk Karangsuwung sendiri tercatat ada dua pesantren,yang pertama pesantren yang didirikan oleh Mbah Muqoyim di era Mbah Raden Ardisela.Pesantren yang kedua adalah pesantren yang didirikan seorang ulama di era cucu Mbah Raden Ardiselaerhatian keturunan Mbah Raden Ardisela terhadap pesantren-pesantren tersebut sangat besar.Bahkan akhirnya tak sedikit dari keturunan Mbah Raden Ardisela yang berjodoh dengan putra dan putri para ulama dari pesantren-pesantren yang ada di Tuk Karangsuwung dan sekitarnya.

Di masa penjajahan,perhatian keturunan Mbah Raden Ardisela memang tak lepas dari keraton dan pesantren,dua lembaga yang terkadang berseberangan dalam berbagai ide dan pandangan.