Minggu, 06 Desember 2015

Guru Yang Ditolak Jadi Pengawas Ulangan Dan Ujian

Guru Yang Ditolak Jadi Pengawas Ulangan Dan Ujian

Setiap tahun hampir dipastikan saya mendapat jatah mengawas,mulai ulangan tengah semester,ulangan akhir semester,ulangan kenaikan kelas hingga ujian akhir sekolah dan ujian naaional.Sebenarnya saya paling malas kalau harus mengawasi,kenapa?,karena sering kali menimbulkan kehebohan dan kegaduhan di kalangan anak-anak.Maklum saja,semua karena saya terlalu serius ketika mengawasi mereka.

Saat mengawas ulangan atau ujian,saya ini termasuk ke dalam golongan pengawas yang ketat dan tak kenal kompromi.Mata saya biasanya tak akan lelah berkeliling ruangan,dari satu sisi ke sisi lainnya  mengawasi anak-anak yang sedang mengikuti ulangan atau ujian.Kalau ada gerakan atau suara yang mencurigakan yang ditimbulkan oleh anak-anak yang saya awasi,sayapun langsung bereaksi.Biasanya saya langsung memberikan teguran atau peringatan pada mereka.

Karena sikap saya yang terlalu ketat dalam mengawasi anak-anak,maka akhirnya timbul pula reaksi balik dari anak-anak.Rata-rata dari mereka tidak suka kalau saya yang menjadi pengawasnya.Alasannya sudah jelas seperti di atas,saya terlalu ketat dan membuat mereka sulit bergerak.

Ada banyak hal yang diungkapkan oleh anak-anak saat akan mengikuti ulangan atau ujian,mulai dari ungkapan yang biasa-biasa saja,kata-kata konyol hingga do'a-do'a yang lucu.Ketika saya lewat mereka selalu bertanya apakah aku akan mengawasi mereka atau tidak.Ketika saya lewat dan tak masuk ke ruangan mereka,semua bersorak gembira.Kalau saya masuk ruangan,mereka bertanya sambil bercanda apakah saya tidak salah masuk ruangan.

Karena hal tersebut akhirnya terkadang saya juga suka menggoda mereka dengan berpura-pura masuk ke ruangan mereka,padahal bukan.Atau sebaliknya,saya berpura-pura melewati sebuah ruangan padahal ruangan itulah yang akan saya awasi.Akhirnya ketika saya kembali mereka akan berteriak penuh kekesalan bercampur rasa lucu karena telah tertipu oleh ulahku.

Do'a-do'a yang mereka panjatkanpun tak hanya diucapkan dalan bentuk lisan,tapi juga dalam bentuk tulisan yang mereka upload ke media sosial.Beberapa do'a mereka yang saya tahu adalah seperti Ya Allah jangan jadikan sensei Ghufron pengawas kami,Ya Allah semoga besok yang mengawas bukan Pak Ghufron,Semoga Sensei Ghufron ngawasnya tidak ketat-ketat amat dan lain sebagainya,yang terkadang membuat saya tersenyum simpul dibuatnya.

Mungkin saya adalah sebagian kecil dari guru yang ditolak jadi pengawas ulangan atau ujian secara terang-terangan,baik secara langsung maupun tidak langsung.