Senin, 14 Maret 2016

Ny.Hj.Khuriyah Djunaedi

Ny.Hj. Khuriyah Djunaedi

Nama ibu saya itu Khuriyah,simpel banget ya.Nama panjang yang diberikan oleh kakek saya untuk ibu itu sebenarnya adalah Zahrotul Khuriyah.Zahrotul (Zahroh) artinya bunga dan Khuriyah artinya Merdeka atau kemerdekaan.Jadi Zahrotul Khuriyah artinya adalah bunga kemerdekaan.Konon nama Zahrotul Khuriyah diberikan pada ibu saya karena beliau lahir tak lama setelah kemerdekaan Republik Indonesia 1945,yaitu tahun 1948.

Seiring perjalanan waktu,akhirnya hanya nama Khuriyah saja yang masih melekat pada nama ibu saya tersebut.Nama Zahroh alias bunga tak lagi disertakan sebagai nama panjangnya.He he,mungkin karena artinya bunga jadi takut layu kali ya?,makanya namanya hanya Khuriyah saja,sesuai dengan slogan terkenal yang berbunyi sekali merdeka tetap merdeka.

Pada akhirnya di kartu identitas atau surat-surat lainnya,yang tertera hanya nama Khuriyah,karena secara resmi memang Khuriyah adalah nama lengkapnya.Dalam kehidupan sehari-hari beliau kadang dipanggil Ibu Khuriyah,Wa Khuriyah,Bi Khuriyah,Wa iyah,Bi Iyah,atau Kang Yah.Nyai Hajah atau Ny.Hj.Khuriyah atau Ny.Hj. Khuriyah,demikian ibu saya biasa dipanggil saat beliau berceramah di majlis taklim atau pengajian-pengajian lainnya.Karena menikah dengan ayah saya yang bernama Djunaedi,maka sesekali beliau sering juga disebut dengan nama Khuriyah Djunaedi.

Khuriyah yang berarti merdeka,begitulah keseharian ibu saya.Beliau adalah seorang yang merdeka dan ingin memerdekakan banyak orang dari keterkungkungan.Beliau dikenal sebagai seorang yang suka membantu,suka berbagi pada siapa saja,pemberani,tegas dan paling tidak suka dengan orang yang berbuat semena-mena.(Itu kalau menurut saya anaknya,kalau menurut orang lain?,he he,ternyata banyak juga sih yang bilang seperti itu).

Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa,namun beliau sangat  giat dan gigih dalam mengajarkan agama Islam kepada banyak orang.Salah satu kegiatan sehari-hari ibu saya adalah mengajarkan ajaran agama Islam.Salah satu kegiatannya adalah dengan mengajar membaca Al Qur'an pada masyarakat Desa Tuk Karangsuwung dan sekitarnya.Hampir setiap hari ibu itu selalu mengajar mengaji murid-muridnya.Murid-murd dari usia balita sampai nenek-nenek.Rumah dan musholla perempuan yang ada di dekat rumah adalah saksinya.

Sebagian besar murid mengaji Al Qur'an ibu saya adalah perempuan,kalau ada murid laki-laki biasanya adalah laki-laki yang belum baligh.Kalau ada laki-laki yang sudah baligh biasanya dianjurkan mengaji pada guru mengaji yang laki-laki atau ustadz.Murid laki-laki baligh yang boleh belajar mengaji pada ibu saya hanya tiga orang saja,yaitu saya,kakak dan adik laki-laki saya.

Selain sebagai prang yang mengajar mengaji Al Qur'an,ibu saya juga seorang penceramah.Dalam me!berikan ceramah,beliau tak memberikan ceramah di desa sendiri saja,tapi juga ke desa dan kecamatan lain,bahkan hingga ke luar kota.Sebenarnya kalau ibu saya mau,maka akan banyak sekali tawaran berceramah.Tapi karena ayah saya membatasinya,maka kegiatan ceramahnyapun hanya sesekali saja dalam setiap minggunya.

Hidup yang penuh warna,itulah yang saya rasakan selama hidup dengan beliau.Sayangnya usianya tak sampai tua sekali,hanya sampai usia 58 tahun beliau meninggal dunia karena kecelakaan mobil akibat tertabraknkereta api.Selamat dan sempat dirawat tiga hari di rumah sakit namun nyawanya akhirnya tak tertolong lagi.Kematian yang tragis namun indah.Tragis karena kecelakaan penyebabnya,indah karena permohonannya pada Allah swt yang berkaitan dengan kematian dikabulkan.

Permohonan apa?,yaitu ingin meninggal dalam usia yang tidak terlalu tua (58 tahun),ingin meninggal tanpa sakit yang terlalu lama (tiga hari),ingin meninggal di hari Senin seperti hari meninggalnya Rosulullah atau Jum'at yang dianggap hari baik bagi orang Islam yang meninggal dunia (ternyata Hari Senin),ingin meninggal tanpa menyusahkan orang lain (orang lain justru banyak yang dengan ikhlas membantu dan menolong beliau).

Ny.Hj. Khuriyah Djunaedi,itulah ibu saya.Sayangnya saat beliau hidup hingga meninggal saya sedang jadi orang yang sedang bandel-bandelnya dan baru mulai berubah ke arah yang lebih baik.Jadi hampir selama hidupnya saya jarang membuatnya bangga dan bahagia.