Mbah Raden Ardisela dan Mbah Muqoyim,Bersatunya Ulama dan Umaro
Walaupun mempunyai ilmu agama yang banyak dan bisa dikategorikan sebagai ulama,tapi Mbah Raden Ardisela lebih dikenal sebagai seorang pemimpin wilayah atau demang yang saat itu memimpin wilayah setingkat di atas kecamatan.Mbah Raden Ardisela diposisikan sebagai umaro.Walau sebagai seorang pejabat yang memegang pangkat sebagai mufti Kesultanan Kanoman Cirebon,namun karena posisi tersebut dilepaskan dan akhirnya Mbah Muqoyim lebih banyak berkecimpung dalam dunia dakwah,maka Mbah Muqoyim bisa diposisikan sebagai ulama.
Bersatunya ulama dan umaro dalam memajukan masyarakat adalah hal yang memang sangat diperlukan sekali,baik itu pada masa lalu,masa kini maupun masa yang akan datang.Bersatunya ulama dan umaro adalah sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan oleh siapa saja yang memegang tampuk kekuasaan atau juga siapa saja yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat dalam bidang keagamaan.Karena tanpa adanya persatuan dan kerja sama antara ulama dan umaro pasti akan menimbulkan kekacauan.
Sejarah pendirian Pesantren Buntet tak lepas dari sikap Mbah Muqoyim sebagai ulama yang ingin memajukan masyarakat agar bisa hidup lebih layak dengan pendidikan yang berlatar belakang agama,di mana saat itu pendidikan menjadi hal yang langka dan mewah di tengah masa penjajahan Belanda.Mbah Raden Ardisela yang bertindak sebagai seorang umaro juga bersikap yang sama,yaitu ingin pula memajukan masyarakat yang dipimpinnya agar bisa hidup lebih sejahtera,termasuk dalam bidang pendidikan.Hal ini beliau wujudkan dengan cara mendukung langkah Mbah Muqoyim dalam mendirikan pesantren.
Aneka masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh Mbah Muqoyim dalam pendirian pesantren menjadi tanggung jawab Mbah Raden Ardisela juga.Sebagai seorang umaro,beliau mau menolong,melindungi dan membela Mbah Muqoyim yang saat itu menjadi incaran penjajah Belanda untuk ditangkap dan dihukum karena sikapnya yang anti penjajah.Bahkan walau nyawa sebagai taruhannya,Mbah Raden Ardisela tak perduli dan tak takut mati.Karena itulah ciri pemimpin sejati,rela berkorban demi kemashlahatan banyak orang.
Mbah Raden Ardisela beserta Mbah Muqoyim adalah contoh nyata bersatunya ulama dan umaro,yang mau bekerja sama dan bahu membahu dalam memajukan mayarakat.Dan terbukti,walau sudah berlalu ratusan tahun lebih dari masa hidup keduanya,apa yang keduanya usahakan bersama tersebut masih bisa dirasakan oleh generasi selanjutnya.