Raden Rangga Nitipraja
Raden Rangga Nitipraja,demikian nama keponakan sekaligus menantu Mbah Raden Ardisela (Mbah Ardisela) yang menikah dengan putrinya yang bernama Nyi Raden Aris.Beliau adalah anak dari Mbah Raden Arungan yang tinggal di Gebang.Mbah Raden Ardisela (Mbah Raden Rustam) dan Mbah Raden Arungan (Mbah Raden Khaerunan/Khaerudin) adalah dua dari sebelas bersaudara,putra dan putri dari Mbah Raden Demang Bratanata,seorang demang di Rajagaluh.Mbah Raden Ardisela tinggal di Tuk Karangsuwung,Sindanglaut,sementara Mbah Raden Arungan tinggal di Gebang.
Raden Rangga sendiri adalah seorang demang atau rangga yang memimpin wilayah Sindang Laut,Cirebon sekitar tahun 1800 an,yang melanjutkan kepemimpinan Mbah Raden Ardisela sebagai pemangku wilayah atau demang Sindanglaut.
Nitipraja adalah nama yang tercatat di administrasi atau staat keturunan laki-laki di Keraton Kasepuhan.Sementara Rangga adalah nama kexil atau nama sebutan gelar jabatannya karena beliau memang menjabat sebagai kepala wilayah setingkat kawedanaan (setingkat di atas kecamatan,di bawah kabupaten).Karena jabatannya tersebut,orang-orang zaman dahulu lebih sering menyebutnya dengan nama Raden Rangga,hingga akhirnya nama yang merupakan nama jabatan itulah yang lebih dikenal oleh banyak orang,termasuk oleh keturunannya.
Selain sebagai seorang pemimpin wilayah kademangan,Raden Rangga juga dikenal sebagai seorang yang pandai dalam hal ilmu agama.Saat itu memang bukan hal yang aneh jika seorang pejabat pemerintah sekaligus dikenal juga sebagai seorang ulama.Lebih-lebih lagi bagi pejabat Kesultanan Cirebon,yang sebagian besar merupakan keturunan Syeikh Syarif Hidayatullah atau biasa disebut Sunan Gunung Jati,seorang wali yang dikenal sebagai anggota Walisongo.
Raden Rangga Nitipraja merupakan keturunan Syeikh Syarif Hidayatullah ke 12,atau keturunan ke 7 dari Sultan Cirebon ke 5 yang bernama Panembahan Girilaya dari istri yang bukan permaisuri.Kakek dan buyut Raden Rangga Nitipraja juga banyak yang menjadi demang.Karena jabatan sebagai pemimpin tersebut berlangsung secara turun temurun,maka Raden Rangga Nitipraja yang memenuhi syarat kecakapan untuk memimpin juga pada akhirnya diserahi wilayah yang harus dipimpin olehnya,sebagai pelanjut jabatan dari leluhurnya.Beliau melanjutkan jabatan yang diemban oleh pamannya sekaligus mertuanya,yaitu Mbah Raden Ardisela.
Pada perkembangan selanjutnya,jabatan demang atau rangga ini akhirnya tak dilanjutkan oleh keturunan Raden Rangga Nitipraja.Hal ini dikarenakan beberapa sebab,antara lain adalah karena pihak Belanda sudah mengambil alih kekuasaan keraton,sementara sebagian keturunan Raden Rangga Nitipraja termasuk ke dalam orang-orang yang sangat benci pada penjajah Belanda dan tidak pernah mau bekerja sama atau tunduk kepada mereka.Sebagian besar keturunan Raden Rangga lebih memilih untuk bekerja di bidang lain,yang tidak terkait dengan kekuasaan pemerintah penjajah Belanda.Semua disebabkan karena mereka melakukan politik non koperatif atau politik anti kerjasama denga pihak penjajah Belanda.
Dari perkawinanya dengan Nyi Raden Aris,Raden Rangga dikaruniai lima orang anak,yaitu Raden Raksa,Raden Fali/Pali,Nyi Raden Ayu,Raden Sulaeman,dan Nyi Raden Kuning.Keturunan keduanya banyak tersebar di Tuk Karangsuwung Lemahabang, Pesantren Buntet,Pemijen,Benda,Gedongan,Losari,dan beberapa pesantren lainnya,sebelum akhirnya menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
*Ada juga yang menjelaskan jika Rangga adalah nama sehari-hari atau nama lain dari Raden Nitipraja.Selain nama Rangga dan Nitipraja,nama lain beliau adalah Raden Suteja dan Raden Wirajaya.