Selasa, 03 Mei 2016

Menyembunyikan Jati Diri Keluarga

Mbah Raden Ardisela (31)

Mbah Raden Ardisela yang pejuang pada akhirnya dicurigai juga oleh Penjajah Belanda.Karena sudah dicurigai,otomatis Mbah Raden Ardisela juga sudah pasti menjadi incaran Penjajah Belanda untuk ditangkap.Namun karena kepandaian dan kecerdikan Mbah Raden Ardisela,beliau selalu saja bisa lolos dari incaran dan sergapan serdadu tentara Penjajah Belanda.

Waktu berjalan terus,hingga pada akhirnya tak hanya Mbah Raden Ardisela saja yang dicurigai oleh Penjajah Belanda,tetapi anak menantu dan keturunannyapun tak lepas dari pengawasan dan incaran Penjajah Belanda beserta antek-anteknya.Oleh karena itulah Mbah Raden Ardisela dan keluarga besarnya selalu waspada.

Raden Rangga Nitipraja yang merupakan keponakan sekaligus menantu Mbah Ardisela beserta anak-anaknya juga tak luput dari perhatian dan pengawasan pihak penjajah Belanda.Lebih-lebih dari perkawinan Raden Rangga Nitipraja dan Nyi Raden Aris putri Mbah Ardisela ini lahir putra-putri yang turut serta meneruskan perjuangan Mbah Raden Ardisela dalam melawan penjajah Belanda.Para cucu laki-laki Mbah Raden Ardisela juga sama gigihnya dengan sang kakek,yang terus berjuang dan tidak mau bertekuk lutut di hadapan para Penjajah Belanda.

Sama seperti Mbah Raden Ardisela,keturunan Mbah Raden Ardisela ini berjuang seolah-olah bekerjasama dengan pihak penjajah,namun di sisi lain selalu mendidik putra-putrinya untuk terus berjuang.Hal ini terus dilakukan bersama-sama keluarga pesantren.Jika di masa Mbah Raden Ardisela hubungan perjuangan hanya dilakukan dengan keluarga Pesantren Tuk Karangsuwung,Buntet dan Pesawahan,maka di era Raden Rangga Nitipraja ini hubungan itu ditambah dengan keluarga Pesantren Pemijen,yang saat itu baru saja didirikan oleh Kiai Takrifudin yang tak lain adalah menantu Buyut Jaha.

Menyembunyikan jati diri keluarga,itulah yang dilakukan oleh Mbah Raden Ardisela dan anak menantunya.Seolah-olah bekerja sama dengan pihak penjajah,namun sejatinya terus menyusun kekuatan untuk melawan pihak penjajah.