Minggu, 27 September 2015

Tidak Semua Omongan Itu Do'a

Tidak Semua Omongan Itu Do'a

Tidak semua Omongan Itu Do'a.Judul di atas saya ketengahkan karena banyak sekali orang yang bilang kalau omongan adalah Do'a.Omongan ya Omongan,Do'a ya do'a.Itu kalau menurut saya.Omongan dan do'a selamanya akan berbeda.

Memang,ada banyak kejadian yang bermula dari omongan,entah itu omongan baik atau buruk.Contohnya tidak usah jauh-jauh,saya sendiri mengalaminya.Ceritanya bermula saat saya tidak punya pekerjaan tetap alias suka sekali pindah-pindah kerja.Ketika sedang tidak ada pekerjaan,saya sering mengaku sebagai guru private.Maklum saja,hidup tanpa pekerjaan itu memalukan.Jadi supaya tidak terlalu memalukan,setiap kali ada yang nanya kerja apa,saya selalu bilang kalau saya guru private.

Ada banyak hal yang melatari kenapa saya bilang kalau saya adalah guru private.Pertama seperti alasan di atas tadi,supaya tidak malu kalau saya tidak punya pekerjaan.Kedua karena guru private itu kerjanya tidak terlalu menyita waktu dan cocok untuk dijadikan pekerjaan hayalan buat saya yang banyak waktu kosongnya.Ketiga karena saya menguasai beberapa bidang ilmu,seperti bahasa Inggris,Arab,Jepang,main piano juga masih bisa bantu sepupu atau ponakan yang kesulitan mengerjakan pr dan lain sebagainya.

Beberapa lama saya mengaku sebagai guru private,hingga timbullah keinginan untuk menjadi guru private sungguhan.Saya pikir,lumayan juga menjadi seorang guru private,daripada cuma jadi guru private khayalan,mending jadi guru private nyata.Mulailah saya bergerilya mencari murid.Caranya cukup mudah,saya bikin brosur sederhana yang saya tulis tangan.Karena tidak punya computer,saya pergi ke jasa pengetikan.Di sana saya bikin beberapa versi brosur.Setelah jadi dan ditimbang-timbang,saya putuskan untuk menggunakan brosur yang paling baik.Setelah itu brosur saya perbanyak dan saya sebarkan dari rumah ke rumah.

Beberapa hari kemudian,saya dapat murid pertama yang saya ajar secara private.Namanya Rama,dia adalah murid smp yang mau belajar bahasa Inggris sama keyboard.Ini murid Les pertama yang tak akan saya lupa.Anaknya baik,keluarganya juga baik.Dia juga sebagai penyumbang devisa terbesar untuk saya,karena ambil Les seminggu dua kali.Kalau diitung-itung ya sama ngajar les seminggu tiga kali,karena Dia belajar bahasa Inggris dan keyboard.

Setelah mendapat murid pertama,saya selanjutnya dapat murid-murid yang lain yang harus saya ajar.Mulai saat itu saya menjadi guru private sungguhan,bukan guru private bohong-bohongan sebagai pengakuan semata.Sampai sekarang akhirnya saya tetap berprofesi sebagai guru.Bahkan bukan sebagai guru private saja,tetapi juga sebagai guru sekolah (cerita sebagai guru sekolah di lain tulisan saja ya).

Walau akhirnya omongan saya menjadi kenyataan,bukan berarti itu sebagai do'a,karena dari kecil saya tidak pernah bercita-cita dan juga berdo'a untuk menjadi guru.Sampai lulus kuliah dan memegang benyak sertifikat kursus juga saya tidak pernah mau menjadi guru.Maunya saya ya jadi penulis.Walau sudah ngaku-ngaku sebagai penulis,sampai sekarang cuma sedikit tulisan saya yang laku dan saya belum bisa menjadikan penulis sebagai sandaran hidup saya.Itu adalah contoh kalau tidak semua omongan adalah do'a,berdasarkan apa yang saya alami sendiri.

Contoh lain yang sering saya temui adalah orang-orang yang ngakunya anak orang kaya,kuliah di tempat bergengsi,pacarnya cakep banget,atau sederet omongan lainnya yang sampai saat ini tidak terbukti nyata.Karena bisa jadi juga omongan adalah kebohongan semata.Tapi syukurlah,walau tadinya berbohong,akhirnya omongan saya jadi nyata.Tapi ada omongan saya yang tidak terbukti nyata,saya seringngomong ke kaca kalau saya cakep banget,tapi sampai sekarang wajah saya tetap rusak penuh jerawat,he he.

Omongan bisa jadi sebagai do'a,bisa juga sebagai kibulan atau kebohongan semata.Ngomong ya ngomong,do'a ya do'a.Ngomong ya ngomong bohong-bohongan ya bohong-bohongan.Semua jelas perbedaannya.Jadi sudah jelas kalau tidak semua omongan adalah do'a,tergantung bagaimana kita menyikapinya.