Makam Tuk Karangsuwung dan Makam Gajah Ngambung
Tuk Karangsuwung yang saat itu lebih dikenal sebagai Tuk atau Depok diketahui sebagai tempat tinggal sementara Mbah Muqoyim di mana murid dan juga sahabatnya yang bernama Mbah Raden Ardisela tinggal dan menetap.Di akhir masa hidupnya,akhirnya Mbah Muqoyim dimakamkan di pemakaman Tuk Lor Desa Tuk Karangsuwung,Kecamatan Lemahabang.Ada yang berpendapat jika pemakaman ini dahulu merupakan petilasan atau tempat tinggalnya.Di pemakaman Tuk Lor juga terdapat makam keluarga dan keturunannya.Salah seorang yang bernama Kiai Ardisela dari kelompok Ardisela juga ada yang dimakamkan di dekat Mbah Muqoyim.
Bila Makam Mbah Muqoyim dan keluarga dan keturunannya berada di Tuk Lor,maka Makam Mbah Raden Ardisela berada di Tuk Kidul,di mana dulunya pemakaman ini merupakan tempat tinggal Mbah Raden Ardisela bersama Nyai Maemunah (Nyai Muntreng) istrinya dan anak-anaknya,dan juga beberapa makam orang kepercayaannya.
Pada perkembangan selanjutnya kedua makam ini menjadi pemakaman umum.Bila pemakaman Tuk Lor sebagai tempat pemakaman umum untuk orang dari desa Tuk Karangsuwung dan juga luar desa,maka pemakaman Tuk Kidul dikhususkan untuk warga masyarakat Tuk Karangsuwung saja,atau warga luar Tuk Karangsuwung yang masih mempunyai jalur keturunan dengan Mbah Raden Ardisela,kerabat atau sahabatnya.
Dahulu keluarga besar para kiai Pesantren Buntet juga banyak yang dimakamkan di Tuk Karangsuwung,satu area dan berdekatan dengan makam Mbah Muqoyim.Kebiasaan ini berlangsung hingga masa Mbah Muta'ad.Karena letaknya yang terlalu jauh,maka pada akhirnya para kiai dan keluarga besarnya memilih untuk membuka pemakaman baru,yaitu di kawasan pemakaman Gajah Ngambung di kawasan Pesantren Buntet.Mbah Kiai Abdul Jamil yang merupakan putra dari Mbah Muta'ad adalah sesepuh pertama yang dimakamkan di pemakaman Gajah Ngambung tersebut.Sejak saat itu keluarga besar Pesantren Buntet akhirnya tak lagi dimakamkan di Desa Tuk Karangsuwung,namun di pemakaman Gajah Ngambung.