Jumat, 21 April 2017

Sejarah Para Ardisela

Sejarah Para Ardisela

Ternyata nama Ardisela itu tidak hanya merujuk pada satu orang saja,melainkan merujuk pada beberapa orang berbeda yang menggunakan nama Ardisela ini.Nama Ardisela ini memang ada yang nama asli,nama julukan,atau nama gelar.Nama-nama Ardisela mempunyai kisah tersendiri dan sering kali digunakan sebagai taktik untuk mengelabui pihak Belanda.

Pangeran Alas putra dari Panembahan Girilaya Sultan terakhir sebelum Kesultanan terpecah menjadi dua,diketahui juga mempunyai nama Ardisela.Nama lengkapnya adalah Pangeran Alas Ardisela.Menurut informasi,makam beliau ada di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon,satu area dengan makam Pangeran Luwung yang merupakan saudara sepuh sekaligus gurunya dalam berbagai bidang ilmu.

Di Cirebon sekitar tahun 1700 hingga pertengahan 1800 an ada beberapa orang yang menggunakan nama Ardisela.Di Tuk Karangsuwung ada Mbah Raden Ardisela yang merupakan putra Demang Bratanata.Nama kecilnya adalah Raden Rustam,sedangkan nama yang tercatat di Keraton bukan Ardisela atau Rustam.Selain Mbah Raden Ardisela Tuk Karangsuwung,ada juga Kiai Ardisela dan Pangeran atau Raden Ardisela lainnya.Mereka semua adalah orang-orang yang berbeda,ada yang keturunan Syarif Hidayatullah,keturunan Sunan Kalijaga,dan lain sebagainya.

Di Indramayu,tepatnya di Desa Sleman Kecamatan Sliyeg ada makam Ardisela.Ada yang mengatakan jika Makam tersebut hanyalah petilasannya saja,namun ada juga yang meyakini jika makam tersebut benar-benar makam orang yang mempunyai nama Ardisela.Menurut sebagian orang-orang keturunan Pesantren Buntet,Pemijen,Dongkol,dan beberapa pesantren lainnya di Cirebon,makam Ardisela yang berada di Desa Sleman ini adalah makam Kiai Ardisela Buntet,yang tak lain adalah teman seperjuangan dan sekaligus adik ipar Mbah Muqoyim.Di Cirebon sendiri selain nama Raden Ardisela Tuk,ada juga nama Kiai Ardisela Buntet atau Dawuan Sela yang sering disebut oleh sesepuh terdahulu.Kiai Ardisela Buntet inilah yang makamnya ada di Desa Sleman tersebut.Sementara pendapat lain mengatakan makam Kiai Ardisela berada di Tuk Karangsuwung juga,tepatnya berdekatan dengan makam Mbah Muqoyim.Sementara pendapat lain mengatakan jika makam Ardisela yang berada di area yang tidak jauh dari makam Mbah Muqoyim adalah makam Kiai Ardisela Gozali,yang tak lain adalah menantu Mbah Muqoyim.

Dalam buku 'Perlawanan Dari Tanah Pengasingan' hal 16 disebutkan Kiai Ardisela ini menikah dengan adik Mbah Muqoyim yang bernama Nyai Alfan,yang akhirnya dikaruniai dua anak yaitu Kiai Muhamad Imam dan Nyi Kapiyun.Kiai Muhamad Imam sendiri pada akhirnya banyak menurunkan ulama yang turut membantu perkembangan pesantren-pesantren di Cirebon,terutama di Pesantren Buntet dan Benda.Salah satu cicit Kiai Ardisela dengan Nyi Alfan yang dikenal banyak orang sebagai ulama adalah Kiai Anwarudian alias Kiai Kriyan.

Nyai Kapiun putri Kiai Ardisela dan Nyai Alfan ini menikah Dengan Kiai Mas Khanafi Jaha atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah atau Buyut Jaha.Buyut Jaha sendiri sebenarnya orang yang dulunya sering disebut dengan sebutan Ardisela juga,yaitu Ardisela Jaha.Makam Mbah Buyut Jaha ini ada di Desa Sampiran,Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

Di daerah Kuningan juga ada makam Ki Ageng Ardisela,tepatnya berada di Desa Cirea,Kecamatan Mandirancan Kuningan.


Di Cirebon nama Ardisela ini ada lebih dari satu namun hanya beberapa saja yang kisah dan makamnya diketahui.Di Blok keradenan Desa Sindangmekar Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon juga ada makam dengan nama Ardisela.Namun sedikit orang yang mengetahuinya.Dukupuntang dulunya memang dikenal sebagai basis perjuangan para pejuang,baik dari keluarga keraton,ulama,dan mayarakat umum lainnya yang hendak menyusun strategi dalam melawan penjajah.

Di Sumedang ada Ardisela yang merupakan seorang ulama yang juga seorang pejuang.Usia dan masa hidupnya diperkirakan tak jauh dengan Ardisela yang lainnya.Nama beliau adalah Pangeran atau Raden Asyrofudin,yang merupakan keturunan Sultan Kasepuhan.Beliau ini dikenal sebagai pendiri Pesantren Ardisela Singa Naga,yang sekarang ini namanya sudah berganti menjadi Pondok Pesantren Asyrofudin.

Di Banyuwangi dan Pekalongan ada juga makam seorang pejuang yang bernama Ardisela,namun entah ada kaitannya dengan Ardisela yang berada di Cirebon,Indramayu,Sumedang,Kuningan atau tidak.Menurut sebuah sumber,saat itu para pejuang yang menggunakan nama Ardisela diketahui jati dirinya dan diminta pergi meninggalkan Cirebon,agar tidak ada lagi pemberontakan yang dilakukan oleh mereka dan para pejuang lainnya.