Minggu, 18 Desember 2016

Mbah Raden Ardisela dan Jabatannya

Mbah Raden Ardisela (33)

Sebelum menjadi demang,Mbah Raden Ardisela dikenal sebagai seorang kuwu yang memimpin desa baru yang dibukanya,yaitu Desa Karangsuwung.Desa Karangsuwung ini semula adalah sebuah tempat yang angker dan tak ada orang yang mau tinggal di daerah ini.Setelah kedatangan Mbah Raden Ardisela,tempat ini menjadi ramai.Kuwu adalah jabatan pertama Mbah Raden Ardisela dalam bidang kepemimpinan.

Setelah beberapa lama menjadi kuwu di Karangsuwung,selanjutnya Mbah Raden Ardisela diangkat menjadi seorang pemimpin wilayah atau yang biasa disebut demang.Jabatan demang ini beliau emban dalam waktu yang cukup lama.Kademangan yang dipimpinnya adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan Keraton Kasepuhan Cirebon,sehingga secara tidak langsung beliau bekerja di bawah naungan Kesultanan Kasepuhan Cirebon.

Setelah usianya dirasa cukup tua,kepemimpinan Kademangan Sindanglaut ini  ia serahkan kepada keponakan dan menantunya.Kepemimpinan Kademangan Sindanglautpun segera diganti oleh demang yang baru yang di kemudian hari nama demang ini lebih dikenal dengan sebutan Rangga.Kepemimpinan kademangan ini beliau serahkan pada keponakan sekaligus menantunya sendiri yang menikah dengan Nyi Raden Aris anaknya,yaitu Raden Rangga Nitipraja.Ada beberapa alasan mengapa Mbah Raden Ardisela mempercayakan kelanjutan kepemimpinan kepada Raden Rangga Nitipraja,selain karena hubungan keponakan dan menantu,juga karena Raden Rangga dilihat mampu dan cakap untuk melanjutkan kepemimpinan tersebut.

Tugas sebagai pemimpin wilayah besar tanggung jawabnya itu mampu diselesaikan oleh Mbah Raden Ardisela dengan baik.Walau tugasnya tidak sedikit dan tidak mudah,perjuangannya melawan penjajah tetap tak dilupakan dan terus berlanjut.Seperti biasanya,Mbah Raden Ardisela berpura-pura bekerjasama dengan pihak penjajah,sementara beliau tetap menyusun aneka strategi untuk mengusir penjajah dari tanah Cirebon.Hal ini beliau lakukan bersama Mbah Muqoyim dan ulama lainnya.