Sabtu, 04 Juni 2016

Mbah Raden Ardisela (7)

Mbah Raden Ardisela dan Desa Karangsuwung

Sekitar abad 18 M,tepatnya sekitar tahun tahun 1790 an M,Raden Rustam yang di kemudian hari lebih dikenal dengan nama Mbah Raden Ardisela berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya.Hal seperti ini memang lumrah dan banyak dilakukan oleh keluarga keturunan Keraton Cirebon pada waktu itu,termasuk juga oleh ayah dan kakek buyut Mbah Raden Ardisela.Selain untuk mendapatkan pengalaman juga sekaligus untuk membuka pedukuhan atau perkampungan baru.

Semula Mbah Raden Ardisela pergi ke arah Gunung Ciremai di Kuningan.Beberapa lama beliau tinggal di sebuah tempat di kota yang dulu masuk wilayah Kesultanan Cirebon ini.Di Gunung Ciremai ini beliau mengasingkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.Saat di Gunung Ciremai ini beliau selalu duduk di atas sebuah batu di atas tanah sambil berdzikir,berdoa dan tafakur.Dari sinilah nama beliau berasal, yaitu Ardi yang berarti tanah atau bumi dan Sela yang berarti batu.Setelah melakukan serangkaian pengembaraan dan menetap di beberapa tempat,beliau akhirnya mendapatkan petunjuk untuk berpindah ke tempat lainnya yang masih kosong yang berada di Cirebon bagian timur.

Akhirnya beliau meninggalkan Kuningan dan kembali ke  Cirebon.Beliau lanjutkan perjalanan ke arah timur Cirebon hingga akhirnya sampai di sebuah tempat (karang) yang masih sunyi dan angker (suwung).Dari sinilah asal mula nama Desa Karangsuwung yang sekarang ini berada di wilayah Kecamatan Karang Sembung Kabupaten Cirebon.
Di Karangsuwung ini akhirnya Mbah Raden Ardisela membuka perkampungan baru dan menetap di sini.Lama kelamaan semakin banyak orang yang datang ke tempat ini dan Karangsuwung pun semakin ramai.Beliau sendiri akhirnya lebih memilih tempat baru di kawasan barat Karangsuwung yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Desa Tuk Karangsuwung.Di desa Tuk Karangsuwung ini Mbah Raden Ardisela hidup bersama istrinya yang bernama Nyai Maemunah (Nyai Muntreng),dan juga kedua anak perempuannya yang bernama Nyi Raden Aras dan Nyi Raden Aris.

Hingga akhir hayatnya Mbah Raden Ardisela tinggal di Desa Tuk Karangsuwung dan dimakamkan di desa ini,di pemakaman yang lebih dikenal dengan sebutan pemakaman Mbah Raden Ardisela.

Karena yang pertama kali membuka kedua wilayah tersebut,maka di kemudian hari Mbah Raden Ardisela dikenal sebagai seorang pendiri Desa Karangsuwung dan Tuk Karangsuwung.