Mbah Raden Ardisela (1)
Siapakah sebenarnya sosok Mbah Raden Ardisela yang makamnya ada di desa Tuk Karangsuwung Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon ini?.Sering kali orang banyak yang salah kaprah terhadap nama beliau ini.Semua karena sejarah hidupnya tidak tertulis dan hanya disampaikan secara tutur tinular atau dari mulut ke mulut saja.Untuk itulah melalui serangkaian tulisan yang dihimpun dalam catatan Sejarah Mbah Raden Ardisela atau Pangeran Ardisela ini penulis ingin menulis ulang kisahnya,agar tidak lagi terjadi kesimpangsiuran akibat cerita dari mulut ke mulut yang kadang berubah-ubah sesuai daya ingat penutur dan pendengarnya.
Nama dan sosok Mbah Raden Ardisela ini benar-benar menyimpan banyak misteri.Jangankan orang lain,anak keturunanya sendiri tak semuanya tahu tentang siapa beliau sebenarnya.Hal ini terjadi karena Mbah Raden Ardisela bukan nama sebenarnya,dan keberadaannya sangat dirahasiakan sekali selama masa penjajahan.Hal ini terkait dengan kiprahnya sebagai seorang pemimpin wilayah,pejuang dan juga ulama.
Ada yang mengatakan bila nama beliau sebenarnya adalah Raden Rustam dan nama Ardisela adalah nama julukan setelah beliau melalui serangkaian pengembaraan dan perjuangan.Tapi ada juga yang mengatakan bila nama beliau sebenarnya adalah Raden Ardisela.Sebagian besar keturunan Mbah Raden Ardisela mengatakan bila nama asli beliau memang Raden Rustam,sementara Ardisela adalah nama gelar dan juga nama saat berjuang.Sementara nama yang tercantum di keraton bukan nama Raden Rustam atau Raden Ardisela.Ardisela sendiri adalah nama yang paling dikenal di antara nama-nama beliau.Nama Ardisela ini merupakan nama yang digunakan oleh Raden Rustam setelah beliau mengasingkan diri ke Gunung Ciremai.Ketika dicari di Keraton Kasepuhan,nama Mbah Raden Ardisela sendiri tidak diketemukan dalam catatan atau arsip keraton.Tapi beberapa kisah banyak yang mencatat namanya.Hal ini terjadi karena nama di Keraton jelas berbeda dengan nama waktu kecil,nama waktu remaja,nama di catatan staat Keraton Kasepuhan,dan nama perjuangan.
Raden Rustam atau Raden Ardisela,yang jelas beliau ini hidup beberapa abad setelah era Sunan Gunung Jati yang merupakan leluhurnya.Beliau adalah keturunan dari Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu ke 2 dari anaknya yang bernama Pangeran Alas Ardisela.Bila dirunut hingga ke Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah,Mbah Raden Ardisela adalah keturunan ke 11,dan bila dirunut hingga ke Panembahan Girilaya,maka beliau adalah keturunan ke 7.Jadi jelaslah bila Mbah Raden Ardisela adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati tapi sudah jauh dari masa hidup Sultan Cirebon yang dikenal sebagai anggota Walisongo tersebut.Diperkirakan beliau hidup di akhir tahun 1700 an M hingga awal 1800 an M.
Beberapa tulisan di sini mencoba membahas kehidupan Mbah Raden Ardisela,keluarga dan teman-temannya,keturunannya,kisah hidup dan perjuangannya,dan tulisan-tulisan lain yang masih erat kaitannya dengan Mbah Raden Ardisela,baik semasa beliau hidup ataupun sesudah tiada.Semua terangkum dalam tulisan Sejarah Mbah Raden Ardisela,di mana tulisan-tulisan tersebut berasal dari berbagai sumber,baik dari cerita para orang tua (sumber lisan),atau juga melalui beberapa tulisan yang menceritakan tentang keberadaan beliau tersebut (sumber tertulis),makam,hingga benda-benda peninggalannya.
Perbedaan pendapat pasti akan timbul setelah tulisan ini ditulis,karena hal itu pulalah yang banyak ditemui oleh penulis selama penelitian hingga penulisan kisah Mbah Raden Ardisela ini.Yang terpenting adalah kedewasaan sikap bagi segenap pembaca,terutama untuk anak keturunannya dan anak-anak keturunan orang-orang yang berada di sekitarnya.Karena sejatinya nama Ardisela adalah sebuah misteri yang sengaja atau tidak sengaja selalu ditutup-tutupi oleh banyak orang,terutama oleh orang-orang yang merasa terganggu akan kelangsungan kepentingannya,yang sudah merasa aman dan nyaman selama kurun waktu yang lama.
Penulis hanya berharap tulisan-tulisan ini akan membawa kebaikan khususnya untuk segenap anak cucunya,dan juga tentu saja untuk para pembaca pada umumnya.