Sabtu, 09 Februari 2019

Kiai Abdul Jamil dan Dua Jantung Hatinya

Kiai Abdul Jamil dan Dua Jantung Hatinya

Kiai Abdul Jamil,atau sebagian orang memanggilnya Mbah atau Buyut Abdul Jamil.Beliau adalah putra Mbah Mutaad yang melanjutkan kepemimpinan Pondok Pesantren Buntet.Kisahnya sudah banyak ditulis dalam berbagai macam artikel,bahkan beberapa buku.Bagi sebagian santri Pesantren Buntet,tentu tidak asing lagi dengan namanya.

Kali ini bukan sejarah atau kisah kepahlawanan atau ketokohannya yang akan ditulis,tapi kisah lucu (mungkin juga menyedihkan) untuk sebagian orang,yaitu kisah perkawinannya dengan dua orang wanita yang mengharu biru.Yang pertama adalah perkawinannya dengan Nyai Sa'diyah,dan yang kedua adalah dengan Nyai Kariah.Dua wanita yang menjadi jantung hati Kiai Abdul Jamil bin Mbah Mutaad.

Dikisahkan,Kiai Abdul Jamil muda yang sejak kecil diasuh oleh Kiai Anwarudin alias Kiai Krian kakak iparnya,hendak dinikahkan dengan putri Kiai Krian dari istri pertamanya yang bernama Nyai Sa'diah.Hal ini  dilakukan dengan berbagai macam alasan.Selain alasan mempererat hubungan kekeluargaan,juga dengan harapan anak-anaknya kelak dapat melanjutkan perjuangan para leluhurnya dalam mensyiarkan ajaran agama Islam.Hal ini dikarenakan Kiai Krian tahu betul perihal siapa Kiai Abdul Jamil yang sudah diasuhnya sejak kecil tersebut.

Saat dinikahkan oleh ayahnya,usia Nyai Sa'diah masih terlalu muda dan belum mengerti arti pernikahan,sehingga beliau sendiri tidak tahu kalau sudah dinikahkan dengan Kiai Abdul Jamil yang tak lain adalah paman tirinya sendiri.Sedih?,jahat?,begitu tahu ada anak remaja tanggung dinikahkan oleh ayahnya?.Jangan sedih atau berfikir itu adalah perbuatan jahat,karena perkawinan itu hanya sebagai ikatan saja,dengan harapan tak ada lagi orang yang akan melamar atau macam-macam dengan Nyai Sa'diah.Pernikahan itu hanya sebagai tali pengikat saja,tak lebih dari itu.Setelah menikah dengan Kiai Abdul Jamil,Nyai Sa'diah tetap tinggal bersama ayah dan ibunya.Beliau tetap bisa bermain seperti anak-anak dan remaja tanggung lain pada umumnya.Tak ada masa kanak-kanak atau remaja yang terenggut darinya,semua berjalan normal seperti biasanya.

Karena alasan belum bisa berkumpul dengan Nyai Sa'diah  layaknya suami istri,akhirnya Kiai Krianpun mencarikan seorang istri baru untuk Kiai Abdul Jamil.Sebagai ulama Keraton Kasepuhan Cirebon dan guru di beberapa pesantren,Kiai Krian mempunyai banyak teman.Pilihan Kiai Krianpun jatuh kepada anak seorang Penghulu Landraat Cirebon.Akhirnya Kiai Abdul Jamil dijodohkan dan dipertemukan dengan anak sang penghulu tersebut.Nyai Kariah,nama gadis itu,putri seorang penghulu yang masih mempunyai darah Tionghoa dari ibunya.

Pernikahan kali ini dilakukan seperti pernikahan pada umumnya,lengkap dengan acara walimah atau syukuran dan pesta khas tradisi pesantren.Ketika hendak mengantar Kiai Abdul Jamil ke rumah mempelai wanita,Nyai Sa'diah ikut serta rombongan keluarga.Melihat aneka  rangkaian melati yang begitu indah,Nyai Sa'diah yang tak tahu jika Kiai Abdul Jamil adalah suaminya itupun menjadi tertarik dan memintanya kepada paman tiri sekaligus suaminya itu.

"Paman,bolehkah saya minta rangkaian melati ini?",pinta Nyai Sa'diah dengan polosnya.
"Boleh,silahkan saja yi,ambil mana yang kamu suka",jawab Kiai Abdul Jamil sambil mempersilahkan Nyai Sa'diah mengambil sendiri rangkaian melati tersebut.

Entahlah,bagaimana ekspresi Kiai Abdul Jamil saat itu,yang pasti Nyai Sa'diah kecil merasa begitu gembira mendapatkan rangkaian melati tersebut.Nyai Sa'diah tidak tahu bila rangkaian melati itu akan dipakai oleh Kiai Abdul Jamil suaminya dan Nyai Kariah calon istrinya dalam acara pernikahan,calon istri yang tentu saja akan menjadi madu alias istri kedua dari suaminya setelah dirinya.

*Diceritakan oleh Siti Maesaroh,kisah dari Nyai Fatmah putri Nyai Mukminah Abdul Jamil dan Kiai Bakri Kasepuhan