Minggu, 03 Februari 2019

Arti Nama Ardisela

Mbah Raden Ardisela (6)

Nama Ardisela yang dipakai oleh beberapa orang di era tahun 1700 an hingga tahun 1800 an M,sebagian besar bukan nama sebenarnya,melainkan nama lain atau alias.Ada berbagai macam arti dari nama Ardi Sela,ada yang mengatakan bila Ardi berarti bumi atau tanah,sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab,sedangkan Sela sendiri berasal dari bahasa Cirebon yang berarti antara.Pendapat lain mengatakan bila Ardi berarti tanah dan Sela itu batu,Ardi berarti wilayah atau tempat dan Sela berarti batu.

Bila melihat dari beberapa pendapat,bisa jadi semuanya benar,karena satu sama lain masih mempunyai kesamaan arti dengan asal-usul penggunaaan nama Ardisela ini.Beberapa orang yang menggunakan nama Ardisela ini hampir mempunyai kesamaan tindakan atau 'lelakon' nya,yaitu mereka banyak menghabiskan waktu di sebuah wilayah,biasanya duduk di atas batu di antara tanah kosong atau perbukitan sambil berdzikir.

Raden Rustam Bin Demang Bratanata sendiri pada akhirnya juga  memakai nama Ardisela.Nama Ardisela ini diambil karena saat itu Mbah Raden Ardisela memang kerap menghabiskan waktu dengan berkhalwat atau uzlah (mengasingkan diri untuk mendekatkan diri pada Allah swt ),dan beliau biasa menghabiskan waktu menyendiri nya di kawasan Gunung Ciremai.Karena beliau biasa duduk sambil berdzikir di atas batu disela-sela tanah,maka nama inilah yang kemudian beliau gunakan.Pendapat lain mengatakan jika nama Ardisela ini diperoleh karena beliau tergabung dalam kelompok 'Ardisela'.Proses mendapatkan atau menggunakan nama ini hampir sama persis seperti para Ardisela lainnya,yaitu melalui proses tertentu melalui tahapan yang tidak mudah dengan aneka macam gemblengan dan ujian.

Setelah selesai mengasingkan diri dan mencari makna kehidupan,Mbah Raden Ardisela yang semula bernama Raden Rustam tak lantas pulang ke rumah orangtuanya.Beliau lalu pergi ke arah timur Cirebon.Di sebuah wilayah yang masih kosong,sunyi dan angker beliau menghabiskan waktunya untuk membuka pedukuhan atau kampung baru,padahal waktu itu tak ada satu orangpun yang mau menempati daerah tersebut.Karena tempatnya sepi dan angker,beliau beri nama daerah itu Karang Suwung.Karang berati tempat atau wilayah dan Suwung berarti angker atau kosong.

Beberapa tahun kemudian setelah beliau mendapat jabatan yang lebih tinggi,beliau akhirnya pindah ke daerah Tuk.Di Tuk Karangsuwung ini beliau hidup bersama istrinya yang bernama  Nyai Maemunah (Nyai Muntreng),dan kedua anak perempuannya yang bernama Nyi Raden Aras dan Nyi Raden Aris.Nama Ardisela yang sudah akrab di telinga banyak orang pada akhirnya tetap beliau gunakan,bahkan hingga akhir hayatnya.Di kemudian hari nama Raden Ardisela ini lebih dikenal dibandingkan dengan nama Raden Rustam atau nama beliau lainnya,termasuk nama gelar jabatan beliau yang tercatat di Keraton Kasepuhan.