Senin, 10 September 2018

Dua Sekolah yang Bikin Galau

Dua Sekolah yang Bikin Galau

Mengajar di sekolah tingkat dasar itu gregetnya kurang sekali dan rasanya minim tantangan.Maka,setelah setahun mengajar di sebuah madrasah ibtidaiyah atau MI,akhirnya saya bertekad untuk kembali pindah haluan.Saya ingin kembali mengajar di sekolah tingkat atas,agar rasa kangen ini terpuaskan.He he,mungkin cuma saya yang ngajar di sekolah dengan alasan kangen,baik itu kangen karena suasananya,juga uang honornya.

Karena ingat pesan almarhum ayah yang meminta saya untuk tidak meninggalkan mengajar di MI,maka dengan aneka cara saya mencoba menghilangkan rasa bersalah dalam hati ini,salah satu caranya adalah dengan menziarahi makam ayah.

Kalau mau mengajar di sekolah dekat rumah itu sebenarnya tidak terlalu susah,karena kakek buyut saya sendiri adalah seorang pendiri pesantren dengan banyak sekolah yang letaknya tak jauh dari rumah.Kebetulan juga,yang mengelola sekolah tersebut adalah saudara dari almarhum ayah atau ibu.Teman-teman almarhum ayah atau ibu juga banyak yang punya sekolah.Jadi kalau mau pdkt atau pendekatan demi untuk mengajar,sebenarnya sangat banyak sekali kesempatan yang bisa didapat.Tapi saya tak ingin melakukan hal tersebut.Biarlah saya mencari sendiri sekolah untuk mengajar,agar ketika ada suatu hal yang tidak diinginkan,nama baik keluarga tak terkena dampaknya.

Kalau mau mengajar di sekolah negeri dan pakai jalur khusus juga sebenarnya bisa.Salah seorang kerabat ayah bahkan langsung menawarkan tempat mengajar di sekolah negeri karena teman baiknya ada yang punya posisi penting di dinas pendidikan di kota tempat saya tinggal ini.Tapi dengan tegas saya menolaknya.Bukan apa-apa,saya justru menolak tawaran tersebut karena saya takut mengecewakan dan membuat malu pada orang yang sudah  menolong saya ketika saya tak bisa berbuat seperti yang diharapkan.

Berkat informasi dari Facebook,akhirnya saya berhasil mendapatkan tempat mengajar di sebuah sekolah tingkat atas.Ketika tahun baru dimulai,akhirnya sayapun resmi menjadi bagian dari guru di sebuah sekolah MA di sebuah pondok pesantren di kawasan Cirebon Barat.Setelah tahu gaji yang diterima saya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama satu bulan,akhirnya saya memutuskan untuk mengajar di sekolah lain.Maklum,karena mengajarnya siang hingga sore hari dan selama enam hari penuh,membuat saya tidak mungkin mengajar les privat yang lokasinya kadang berjauhan satu sama lain.

Setelah mencari informasi lewat medsos lagi,akhirnya saya mendapat tempat mengajar baru di Kota Cirebon,di sebuah sekolah kejuruan yang sedang berkembang.Ternyata sekolah baru tempat saya mengajar ini meminta guru tetap yang mengajar dengan waktu penuh dan tidak boleh mengajar di tempat lain.Kegalauan dimulai,harus pilih sekolah yang mana?,sekolah yang pertama atau yang kedua.Untunglah sekolah kedua ini memberikan waktu untuk berfikir sambil tetap mengajar di dua sekolah tersebut.

Sebulan lebih saya mengajar di kedua sekolah tersebut.Kedua sekolah tersebut meunyai plus minus tersendiri.Setelah melalui pertimbamgan yang cukup matang,akhirnya saya memutuskan untuk mengajar di sekolah pertama alias MA.Kegalauan bukannya berhenti,tapi cuma berganti.Ternyata honor saya di smk yang saya tinggalkan tak juga kunjung dibayarkan dengan alasan belum ada uang untung membayarnya.Hem,benar-benar dua sekolah yang bikin galau.Walau salah satunya sudah saya tinggalkan,masih saja menyisakan kegalauan yang memilukan.

Beberapa bulan setelah tak mengajar di sekolah kedua,Alhamdulillah,akhirnya uang honor cair juga,walau harus menunggu sekian lama dengan kegalauan tiada tara.